Di sebuah ruang keluarga di rumah keluarga Bayu, Mecca duduk gelisah di atas sofa. Tangannya terus meremas-remas ujung selimut yang melingkupinya. Ia menatap jam dinding, berharap kedua orang tuanya segera kembali dengan kabar baik. Mecca merasakan sesuatu yang asing di dadanya—ketakutan yang selama ini berusaha ia tekan. “Papa pasti bisa mengendalikan situasi. Dan pastinya berhasil meyakinkan kedua orang tua Pasha,” gumamnya pelan, meski nadanya lebih seperti mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Ponselnya yang tergeletak di meja bergetar, membuat Mecca tersentak. Ia segera mengambilnya dan melihat nama Teddy, salah satu informannya yang ia pekerjakan secara diam-diam untuk memantau situasi di kantor polisi Bogor. “Halo, Teddy,” ujar Mecca dengan nada dingin, meski jantungnya berdetak le