Ruangan itu terasa hening setelah kepergian Elvir, menyisakan Yaya yang memejamkan mata di ranjangnya dan Pasha yang duduk tak jauh dari sana. Pria itu menatap Yaya dengan campuran penyesalan dan cinta yang tak mampu ia ungkapkan sepenuhnya. Sesekali, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Pasha tahu, perjuangannya untuk mendapatkan hati Yaya tidak akan mudah. Namun, ia juga sadar bahwa menyerah bukanlah pilihan. Hari ini, ia harus meyakinkan gadis itu bahwa hatinya telah berubah. “Yaya,” panggil Pasha lembut, memecah keheningan. Gadis itu membuka matanya perlahan, memandang Pasha dengan ekspresi datar. “Apa lagi, Om Pasha? Kalau mau bertengkar sama Kak Elvir, dia sudah pergi.” Meski suara gadis itu pelan tapi ada nada ketus dibalik itu. Pasha tersenyum tipis, m