Tubuh Yaya terasa ringan di pelukan Pasha, tetapi hatinya memberontak hebat. "Om Pasha, turunin Yaya sekarang juga! Apa-apaan sih?!" seru Yaya sambil memukul bahu pria itu. Pasha tetap bungkam. Ia berjalan cepat melewati lorong hotel setelah keluar dari lift hingga sampai di depan sebuah pintu. Dengan satu gerakan cepat, ia membuka pintu kamar yang sudah ia sewa sebelumnya. Tanpa berkata apa-apa, ia melangkah masuk dan menurunkan Yaya perlahan di sofa yang ada di dalam kamar itu. “Waduh mau ngapain dibawa ke kamar?” batin Yaya was-was. Yaya segera berdiri, menatapnya dengan penuh kemarahan. "Apa maksud Om Pasha membawa Yaya ke sini? Ini sudah keterlaluan! Kalau mbak Mecca tahu—" "Maka biarkan dia tahu!" potong Pasha dengan nada tinggi. Ia menatap Yaya dengan mata yang penuh emosi,