Setelah perbincangan serius di ruang tamu, suasana sedikit mencair ketika Sheren mengajak semua orang untuk makan siang bersama. Meja makan di apartemen itu sudah tertata rapi dengan berbagai hidangan khas Indonesia dan beberapa menu western. Ada rendang, ayam goreng kremes, sambal terasi, salad, dan steak sebagai pilihan tambahan. Pasha dengan sigap menarik kursi untuk Yaya sebelum gadis itu sempat duduk sendiri. “Silakan, Sayang,” ujar Pasha dengan suara lembut. Yaya mendengus pelan sambil menatap Pasha dengan tatapan tajam. “Jangan manggil Yaya ‘Sayang’, geli dengarnya,” bisik Yaya, tak ingin orang tuanya mendengar. Pasha hanya tersenyum, tak menghiraukan teguran itu. “Baiklah, Yang Manis.” Yaya melotot. “Om Pasha!” Sheren tertawa kecil melihat interaksi mereka. “Pasha, sepertiny