Untuk pertama kalinya Pasha menginjakkan kaki di rumah saudara papanya, itu pun karena diminta paksa oleh Emir. Rumah sederhana yang amat jauh dari kata mewah, tapi cukup nyaman bagi penghuninya. Septi, ibunya Yaya, tampak terkejut melihat putrinya pulang diantar oleh Pasha. Rasanya amat canggung dengan kedatangan saudara sekaligus atasan suaminya. “Silakan diminum, P-Pak Pasha, mohon maaf kalau sajiannya apa adanya. Saya tidak menyangka kalau Yaya pulang diantar,” ujar Septi tampak kagok. “Panggil Pasha saja Tante, tidak perlu panggil Pak,” pinta Pasha dengan sikap ramahnya. “Oh, iya ... baiklah. Silakan diminum kopinya, saya tengok Yaya dulu, takutnya dia butuh bantuan buat ganti baju,” pamit Septi sebelum meninggalkan Pasha sendirian. “Silakan Tante, pasti Yaya butuh bantuan,” bala