Pasha berdiri terpaku di tempatnya. Napasnya tercekat, seakan-akan waktu berhenti hanya untuk mempertemukannya dengan sosok yang telah menghantui pikirannya selama dua tahun terakhir. Yaya. Gadis itu berdiri di seberang jalan, mengenakan dress selutut berwarna navy yang membalut tubuhnya dengan anggun. Rambut panjangnya yang kini lebih rapi tergerai indah, berayun pelan diterpa angin sore Singapura. Cahaya lampu jalan yang mulai menyala membuat wajahnya tampak lebih dewasa, lebih tenang—dan lebih jauh dari dirinya. Pasha menelan ludah. Dadanya sesak. Emosi yang selama ini ia tekan mendesak untuk keluar. Tangannya mengepal, seakan ingin memastikan bahwa ini bukan mimpi, bahwa sosok yang selama ini ia cari kini benar-benar ada di hadapannya. Namun, tepat saat lampu hijau menyala dan