Harga Sebuah Kemenangan.

1423 Kata

Malam turun seperti kabut yang pelan–pelan menelan gelapnya kota. Di lantai atas sebuah restoran eksklusif dengan jendela kaca besar yang menghadap langit, Siska duduk dengan anggun mengenakan gaun satin merah marun yang membentuk lekuk tubuhnya. Bahu perempuan berparas cantik itu sengaja dibiarkan terbuka, dengan belahan yang cukup dalam untuk mencuri perhatian. Kilau lipstik merah tua di bibirnya seakan menjadi peringatan: ini bukan sekadar makan malam. Hannan datang lima belas menit terlambat. Setelan hitamnya nampak rapi, meski ada bayang kelelahan di wajah. Begitu mata tajam tersebut menangkap sosok Siska, dia berhenti sejenak. Gaun, cahaya remang yang jatuh di bahu Siska, serta wajah yang menyambutnya dengan senyum penuh arti—cukup menjelaskan segalanya. Hannan menarik kursi tanpa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN