Menjadi Prioritas.

1075 Kata

Matahari telah naik tinggi ketika Andini kembali ke kamarnya usai sesi terapi. Rasa pegal menjalar dari punggung hingga betis, tapi ada semacam kelegaan yang tak bisa dia abaikan. Dia membuka jendela, membiarkan angin masuk dan menyapu tubuhnya yang mulai kembali berkeringat. Lama menatap taman, Andini beralih dan duduk di kursi dekat boks bayi. Lingga masih tidur nyenyak, sesekali menggerakkan bibir mungilnya seolah sedang bermimpi. Andini mengusap pipi anak itu pelan, lalu bersandar. Pikirannya melayang pada Hannan. Bukan pada sikap dinginnya, bukan pula pada bayang-bayang Kesha, tetapi pada tatapan matanya tadi pagi. Tatapan yang tak lagi menekan atau memerintah, melainkan memperhatikan. Ketukan pelan di pintu membuat Andini menoleh. Ira masuk, membawa nampan berisi makan siang dan d

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN