Pagi hari dimulai dengan udara yang hangat, langit membiru tanpa cela, dan gemericik kolam renang yang tenang di sisi belakang rumah. Namun suasana hati di dalam bangunan besar itu justru berlawanan. Sejak semalam, setelah percakapan yang tidak sengaja menyebut nama Kesha—Andini merasa sesuatu berubah. Hannan tidak marah secara terang-terangan. Tidak ada ledakan emosi. Tetapi justru karena itu, keheningan yang ditinggalkannya terasa jauh lebih menusuk. Hannan tidak lagi menyahut sehangat biasanya. Tatapan, yang selama ini mulai melembut, kembali menjadi kabur dan dingin. Andini berdiri di ambang pintu balkon lantai dua, menatap ke arah kolam renang di halaman belakang. Dari kejauhan, dia melihat sosok Hannan yang tengah berenang sendirian. Gerakannya ritmis dan tenang, seolah-olah dunia