Sore itu, kantor terlihat ramai—penuh hiruk pikuk seperti biasa. Para staf sibuk menjalankan rutinitas. Di tengah segala aktivitas itu, satu orang yang tidak seperti biasanya memandangi layar ponselnya dengan tatapan yang jarang dia miliki. Hannan, CEO yang dikenal tak tersentuh dan selalu dingin, baru saja membuka percakapan dengan perempuan yang menjadi Ibu s**u dari anaknya. Andini. "Sudah makan?" tanya Hannan, dia benar–benar payah bila menyangkut memulai obrolan. "Ira tidak melupakan tugasnya, 'kan?" Andini mengerjap. "Tentu saja, Ira sekarang lebih sering bersama denganku dibandingkan menjadi Asisten Pribadi Anda." "Jadi, sudah makan atau belum?" "Belum. Baru selesai menyusui Lingga. Belum sempat, mungkin sebentar lagi." "Jangan biasakan begitu, Andini." Nada Hannan langsung be