Setelah pemeriksaan yang menyiksa, Dewa diam dengan wajah masam di atas ranjangnya. Matanya sedikit berair menahan sakit, karena Layla memeriksanya dan memperbaiki aliran infusnya yang tersumbat darah beku, tanpa belas kasihan. “Kau memang gadis kejam, aku penasaran laki-laki mana yang mau jadi suamimu kelak!” ujar Dewa sambil mengusap-usap tangannya yang tertempel jarum infus. “Jangan sok tahu dengan urusan pribadi orang, kau urusi saja hidupmu sendiri!” sahut Layla seraya mencuci tangannya di wastafel. Sejenak dia memberi instruksi pada asistennya mengenai tindakan dan obat untuk Dewa, sebelum akhirnya asistennya pun pergi duluan dari kamar itu. “Tunggu!” Layla yang hendak keluar dari kamar pun terhenti di ambang pintu, dia menoleh. “Apa?” sahutnya. “Apa ada kabar dari Raffa?” ta