Vanesha merasa jengah, dia berusaha menepis lengan Raffa yang melingkari perutnya. Menghindari setiap ciuman pria itu sekuat tenaga, meski nyatanya tubuhnya berkhianat. Tanpa sadar bibirnya pun mendesah ketika Raffa melabuhkan ciuman lembut di tengkuknya, titik sensitif yang paling tak bisa dia hindari. "Raffa ...." "Ya, sebut namaku, Vanesha. Aku rindu mendengar suara lembutmu menyebut namaku ketika kita sedang bercinta," bisik Raffa sambil terus memberikan stimulasi tanpa henti di seluruh titik peka wanita itu. Vanesha yang awalnya berniat untuk menolak pun tak urung mulai terangsang, bayangan gerakan-gerakan erotis yang sudah mereka lakukan sebelumnya membuat inti tubuhnya berdenyut di bawah sana. Raffa membawa Vanesha memasuki kamar mandi, menyalakan keran air dan membuat air mengg