Caroline terpaku. Menatap diri lewat pantulan cermin. Sedikit, ia menyeka pelipis. Merapikan make up. Caroline terlihat cantik, memakai gaun berwarna hitam, berbahan tile di sisi d**a dengan kerah tinggi. Rambut coklat gelapnya disanggul, rapi. Cukup membuat mata biru miliknya lebih menonjol. Tepat semenit kemudian, Caroline berbalik. Menyeka surai rambut yang mengenai mata. Ia menarik napas. Dalam. Melangkah meraih ponsel. Lagi, ia terpaku. Menatap wallpaper layar. Caroline memajang foto masa kecilnya. Indah. "Pesta kembang apimu dimulai. Nona tidak keluar?" leguh Elizabeth. Memasuki kamar superyatch. Caroline mendelik, spontan memegang d**a. Ia terkejut. "Kenapa tidak mengetuk pintu?" marah Caroline. Membuat Elizabeth mengerutkan kening. Tersenyum pulas. "Aku mengetuknya, Nona. B
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari