Rara menatap tubuh Cantika yang terbujur kaku, dan tertutup kain. Air matanya terus berlinang. Banyak kenangan bersama Nini yang ia yakin, pasti tidak akan pernah bisa ia lupakan, untuk seumur hidupnya. 'Nini, Rara sayang Nini, Rara cinta Nini. Namun Allah pasti lebih cinta Nini. Rara ....' Rara terisak, Asifa mengusap punggung putrinya. "Ikhlas Ra ... ikhlas, biar Nini tenang ...." "Kenapa begitu tiba-tiba, Amma. Tanpa tanda, tanpa pesan ...." "Semua sudah kehendakNya, Rara." "Anak-anak Rara belum kenal Nini." "Mereka akan mengenal Nini lewat cerita Rara, cerita Amma, cerita kita semua. Tentang Nini Cantika yang sangat cantik, sangat baik, sangat kita sayang, dan cintai. Seperti Rara mengenal Kai, dan Nini buyut." "Ini Rara sakit sekali, Amma." Rara meraba buah dadanya. "Mungkin