BAB 8

1197 Kata
Anna POV Pada akhirnya aku kalah berperang dengan logika ku. Pendirian ku untuk berpisah dengan om Javier benar-benar pudar begitu saja seketika aku bertemu dengannya dan merasakan hatiku kembali lagi. Meskipun aku telah kembali bersama om Javier namun aku juga tidak memutuskan hubungan ku dengan Rain. Beruntungnya aku memiliki Rain yang sangat pengertian dan selalu ada untukku. Kami berkencan seperti pasangan lainnya. Hampir setiap minggu di waktu libur sekolah dia mengajakku keluar meski hanya sekedar menonton maupun makan diluar. Ya di hari sekolah aku menolak untuk diajaknya karena aku fokus dengan tugas-tugas sekolah juga hobby ku mendesain baju. Dan itu juga berlaku untuk om Javier. Aku tidak akan keluar dengannya di hari sekolahku tetapi dia selalu datang ke apartemen ku di waktu-waktu tertentu. Bahkan bisa dibilang dia rajin datang ke tempatku. Apalagi setelah aku pindah ke sebuah apartemen yang aku sewa. Ya dia memintaku tinggal di apartemennya agar dia lebih mudah menemuiku namun aku menolaknya. Aku lebih memilih menyewa apartemen sendiri dengan uang tabunganku. Meskipun menyewa apartemen terbilang mahal tapi tabunganku juga tidak kurang jika untuk membayar sewa apartemen selama setahun. Lalu bagaimana dengan Rain ? Apa dia masih datang ke tempatku ? Jawabnya TIDAK Kami selalu janjian di jalan yang lumayan jauh dari tempat tinggal ku yang sekarang. "Kenapa sih gak kasih tau aja kosan mu yang sekarang dimana ? Kenapa selalu ketemu dijalan ? Kamu nyimpen apa dari aku ?" Tanya Rain secara beruntun seketika aku baru memasuki mobilnya "Gak apa.. males aja kalau ada yang berkunjung ke kosku.. ntar ganggu doang" jawabku "Ouh.. jadi aku ganggu kamu terus.. yadeh maaf kalau aku cuman jadi pengganggu buat kamu" sahutnya "Rain.. jangan ngajakin debat deh.. jadi nonton gak ?" Ujarku mulai kesal Rain pun tidak membalasku kembali dan ia menancap gas mobilnya menyusuri jalanan Ibukota dan berhenti di salah satu mall. Hari ini kami berencana untuk menonton film action terbaru namun karena film nya baru dimulai 1 jam lagi setelah membeli tiket kami pergi ke food court untuk menunggu. "Anna" panggil seseorang yang samar-samar aku mengenal suaranya "Tante Irene" sapa balik ku melihatnya berdiri di belakangku "Kamu apa kabar ?" Ia menarik kursi di depanku dan kemudian mendudukinya "Baik tante.. tante sendiri bagaimana ?" Tanya balikku "Baik.. ehh iya tante lagi hamil 9 bulan dan bentar lagi mau lahiran. Kamu jengukin tante ya kalau tante sudah lahiran" ujarnya hanya aku anggukan pelan seraya tersenyum simpul "Anna" panggil Rain dengan dua gelas ice coffee ditangan kanan-kiri nya "Ouh lagi sama pacar yah" ujar tante Irene menggodaku. Aku pun hanya tersenyum simpul "Maaf tante kita pergi dulu yah soalnya mau nonton kayaknya bentar lagi filmnya main" pamitku pergi menarik lengan Rain sekilas aku melirik pada om Javier saat berpapasan dengannya ynang menghampiri tante Irene "Padahal dia peduli banget sama tante Irene gitu selalu saja mengeluhkan tingkah tante Irene" geram batinku "Kenapa buru-buru pergi An ?" Tanya Rain yang kebingungan sedari tadi karena aku menariknya pergi dari food court "Itu ada tetangga lama kosku. agak nyebelin males kalau lama-lama ketemu dia" bohongku pada Rain yang hanya dibalas dehuman ---- Aku tengah berbaring di kasur seraya bermain ponsel. Mendengar suara pintu apartemen ku terbuka aku pun mengunci ponselku dan meletakkan disampingku karena aku tau itu om Javier. Yah dia memiliki kunci access apartemen ku karena ia meminta duplikatnya atau lebih tepatnya memaksa ku memberinya. "Sayang" panggilnya memasuki kamarku dan aku pun tak menjawabnya dan masih berpura-pura tertidur Aku merasakan ia naik ke ranjangku merangkak mendekat padaku yang masih menutup mata. "Sayang.. w******p mu baru online 5 menit lalu loh" bisiknya tepat di telingaku Merasakan nafasnya menghembus ditelinga ku memang terasa sangat geli namun aku masih bisa menahannya. Om Javier mulai mencium pipiku menjalar ke leherku membuatku menyerah membuka mata secara tiba-tiba "Ada apa" ucap kesalku Om Javier memelukku dari belakang seraya menenggelamkan wajahnya di pundakku. "Kangen" ucapnya "Lagi males om.. udah sana pergi aja" usirku "Kok om terus sih yank" protesnya "Peduli amat emang om om dipanggil om gak mau" sahut geramku Om Javier memutar tubuhku hingga berhadapan dengannya. Ia mengangkat daguku hingga kami saling bertatapan. Om Javier membelai wajahku dan aku menepis tangannya merasa kesal dengannya yang dua bulan lamanya ia tidak datang meski hanya sekedar bertemu semenit. Javier POV "Kangen yank" ucapku saat Anna mencoba melepaskan pelukanku namun tidak aku iyakan "Apaan sih udah ahh aku lapar mau makan" tepisnya yang masih berusaha melepaskan diri Aku tidak ingin memaksakan Anna yang sedang kesal padaku. Ya aku tau kekesalan Anna pun karena aku tidak mengunjunginya selama dua bulan itu karena aku disibukkan dengan kelahiran putraku dan Irene yang harus melalui operasi. karena penyakit jantungnya, Dokter tidak menyarankan untuk ia melahirkan secara normal dan juga pasca operasi Irene terbaring koma selama sebulan hingga aku pun tidak memiliki waktu untuk Anna. Aku melepaskan pelukanku pada Anna. Ia segera beranjak dari ranjang dan pergi meninggalkan ku yang masih terbaring di kasur. Tidak lama kemudian aku mengikuti Anna yang ternyata ia pergi ke dapur untuk memasak "Yank aku mau.. aku juga lapar" pintaku memeluk Anna dari belakang "Masak sendiri itu di kulkas banyak makanan frozen" ketusnya "Yaudah aku saja yang masak kamu tunggu di sofa" sahutku padanya Anna pun meninggalkan bahan-bahan yang ia siapkan tadi dan meninggalkan ku di dapur. Aku melipat lengan bajuku mengenakan celemek dan mencuci tanganku kemudian mulai memasak untukku dan Anna Setelah menyajikan makanan di atas meja makan aku mengajak Anna untuk makan bersama namun ia menolak dan masih sibuk dengan laptopnya di ruang tengah. Aku membawa sepiring nasi dengan lauk ke ruang tengah. Aku mengambil laptop Anna dari pangkuannya dan meletakkan diatas meja. Aku menyodorkan sepiring makanan yang aku bawa pada Anna "Udah gak laper" ujarnya yang masih geram padaku "Anna.. dua bulan aku tidak menghubungi mu ataupun menemui mu karena aku sibuk mengurus putraku" terangku pada Anna "Irene mengalami koma selama sebulan setelah operasi Caesar. Mau tidak mau aku harus mengurus putraku" lanjut ku sontak Anna membelalakkan mata kemudian menatap ku "Lalu kenapa om malah kemari ? Kenapa tidak jaga tante Irene dan anakmu bagaimana ?" Tanya nya beruntun padaku "Udah ada suster dan asisten yang menjaga mereka berdua. Irene juga sudah kembali ke rumah" jelasku "Syukurlah kalau begitu" ujar leganya "Buruan pulang sana.. kasihan tante Irene kalau om gak terlalu perduli padanya dia akan merasa kesepian meskipun sudah ada suster dan asisten tetapi dia akan lebih senang kalau om sebagai suaminya yang jaga" ujarnya padaku "Iya aku akan segera pulang tapi setelah kamu menghabiskan makanan mu" balasku dan dia pun mengiyakan dengan segera memakan masakan ku Anna POV Om Javier mengatakan padaku bahwa putranya telah lahir dan tante Irene sempat mengalami koma pasca operasi. Hatiku terasa sakit saat mendengarnya. Entah aku ini iblis dari mana meski tau lelaki disampingku ini telah beristri masih saja aku merangkulnya di hatiku. Rasanya aku ingin menangis namun aku menahan air mataku agar tidak jatuh dihadapannya. Aku segera menghabiskan makanan yang om Javier masakan untukku dan menyuruhnya untuk segera pergi dari apartemenku. Seketika melihatnya keluar pintu apartemen ku aku masuk kedalam kamar dan tubuhku pun merosot dibalik pintu. Tangisan ku sudah tak terbendung lagi. Aku pun bingung apa yang membuatku begitu sakit padahal aku lah yang menyakiti tante Irene. Apa yang membuatku menangis seharusnya tante Irene yang berhak untuk menangisi hatinya yang terhianati
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN