“Tuan, makan malam sudah siap,” beri tahu Nisa sambil mengetuk pintu kamar Adit yang berada di lantai dua villa ini. “Iya,” sahut Adit dari dalam kamar. Adit memilih beristirahat di dalam kamar sambil menunggu Nisa memasak untuk makan malam mereka. Dia ingin mengistirahatkan tubuh dan otaknya sejenak yang terasa sangat penat hari ini. Pekerjaan kantor yang semakin banyak menjelang acara ulang tahun perusahaan sangat menyita waktu dan tenaga Adit. Belum lagi rencana perjodohan dirinya dengan anak sahabat Mama-nya yang semakin membuatnya bertambah pusing. Tadi siang Melinda menelepon Adit dan memberi kabar bahwa dia telah mengatur jadwal pertemuan antara dirinya dan Sarah. Mereka berdua akan bertemu besok malam di sebuah restoran di bilangan kota Jakarta. Adit sudah menolak pertemuan it