Buta bukanlah satu-satunya masalahku sekarang. Hanya saja kenyataan yang menamparku keras saat pertanyaan Kafa yang harusnya terdengar romatis di telingaku malah jadi aneh seolah dialah yang menuntutku untuk memberikan status pada hubungan kami. Seolah akulah pemegang kendali dalam hubungan ambigu ini. Apa dia benar-benar mengira kalau aku ini tukang PHP dan bukan malah sebaliknya? Aku melirik ragu kepadanya. Tidak sanggup untuk saling bertatap langsung. Aku takut kalau akal sehatku akan kalah dengan dengan pandangan mematikannya yang akan membuat otakku tersungkur mengabaikan kenyataan dunia. Kenyataan kalau tidak mungkin seorang Kafa Wafda Wardhana yang sekaliber itu menyukai remahan peyek sepertiku. “Kita? Memangnya kenapa kita?” tanyaku membeo. Tidak terpikirkan hal lain lagi. Kepala