“Jadi gimana ceritanya? Kamu udah janji mau cerita, loh Kaf...” kataku sambil memainkan jemari Kafa yang tegah memelukku dari belakang. Berdiri di depan beranda kamar sambil menatap pemandangan alam yang disuguhkan lewat balkon atas kamar kami. Meskipun agak horor karena banyak pohon besar yang mengelilingi villa ini, tapi aku merasa cukup puas dengan keindahan alam yang disuguhkan. Benar-benar memanjakan mata. “Harus banget cerita, ya, Sab?” tanyanya menyimpan malu. Kafa memandang kearahku dengan intens seolah memintaku untuk berhenti merecokinya masalah ini. Hei Pak, kamu mau ingkar janji, ya? Ini kan prasyarat pernikahan kita! Mentang-mentang sudah menikah, dia mau ingkar seenaknya! Mana bisa! Aku tidak akan membiarkannya. Saraf kepoku sudah menjurus ke darah daging sekarang ini, tida