Di dalam sebuah sel tahanan, seorang gadis sedang melukis sebuah raut wajah tampan yang sebulan ini hanya ada di benaknya. Ia amat merindukannya. Tatapannya sendu, menatap bagian demi bagian wajah yang perlahan terlihat seperti nyata. Tangannya sudah tidak sanggup lagi untuk memperlihatkan kemampuannya di sana. Karena semakin terlihat nyata wajah tampan itu, maka semakin sakit luka di dadanya. Sean ... Panggilan hatinya, bersamaan dengan air mata yang mengalir. Apa kabar? ... Ia memaksakan tangannya yang gemetar, untuk menyentuh salah satu bagian wajah laki-laki dalam lukisan tersebut. Aku ... Aku merindukanmu Sean ... Maaf ... Sudah tak bisa di tahan lagi, akhirnya ia terisak memeluk lukisan tersebut. Meraung pada keheningan. Memohon pada waktu, bahwa ia sudah tak sanggup dengan k