Bab 17

1122 Kata

Narendra menatap tajam sosok yang kini mematung di depan pintu seraya mengawasi seisi ruang tamu. Andai tak ada sang ayah, Narendra tak tahu apakah tangannya akan tahan untuk tidak meninju wajah kakak iparnya itu. Sayangnya, sang ayah ada di antara mereka. "Mario udah datang, saya pulang dulu." "Loh, kirain mau nginep di sini," ujar Darmawan. "Tadinya mau nginep. Ternyata Mario udah jemput. Pamit dulu, ya, Pa," pamit Neriti seraya bangkit dan menyalami sang ayah. Sang ayah ikut berdiri, kemudian sekali lagi memeluk sang putri. Entah mengapa hati lelaki sepuh itu terasa sedikit resah. Tidak seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya dengan anak perempuannya itu. Darmawan mengantarkan Nerita pada Mario. Menepuk pundak sang mantu seraya tersenyum. Sedangkan, laki-laki yang diperlakukan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN