Aku menatap berkas kosong yang hanya tertulis nama orangtuaku dan nama ngtua Bia disana. Aku yakin ada sesuatu yang tidak Dio beritahukan padaku. Aku sudah mencoba berbagai macam cara dan tetap tidak menemukan solusi apapun. Aku perhatikan kertasnya juga bukan kertas spesial dia hanya kertas biasa saja.
“Jangan bilang lo lagi mikirin cara buat dateng ke rumah kakeknya Dio?” Ucap Vino tiba-tiba saja sudah masuk ruanganku. Aku tersenyum lebar ke arahnya teringat perkelahian kami di kamar kemarin
“Tepat sasaran.” Godaku dan aku langsung bisa mendengar dengusannya
“Lakukan kalau lo mau mati!” Ancamnya membuatku tertawa. “Gue udah bilang kan Al, selanjutnya lo ikut cara gue. Cara lo terlalu berbahaya, bukan hanya buat lo tapi buat orang-orang di sekitar lo juga.” Ucapnya mulai menceramahiku.
