15

1944 Kata

Aku melengkungkan senyuman dengan lebar, rasanya jantungku nggak mau berhenti berdebar. Aku jatuh cinta. Akhirnya setelah sekian lama, aku bisa bertemu dengan pendonor dari tulang rusukku. Udah gitu, kriterianya sesuai banget dengan cowok idamanku. Bonusnya, dia terlihat kayak cowok kuliahan. Bukan bayi. See, Del? Nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dusta kan? "Jelek amat, Del!" celetukan itu membuatku menoleh menatap si bayi yang menatapku dengan tatapan nggak suka. "Bodo," sahutku nggak peduli. Ngerusak imajinasi aja ini bayi. "Kamu datang kesini buat ngajar, kok malah bengong nggak jelas gitu sih?" tanya si bayi ngomel. Aku meringis dan menyipitkan mata kepadanya. "Ngajar? Mana ada orang mau ngajar tetapi malah disuruh ngerjain tugas lksmu huh? Banyak amat lagi," ocehku sambi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN