“A-Aryan..duduklah dengan tenang.” “Pumpkin~ Kamu.. tau kan, kalau.. aku gak.. mau pisah? Tapi.. aku terpaksa… Kamu bohong.. sama.. aku…” “Aryan…” geram Ran saat tunangannya ini terus saja bergerak sambil berusaha memeluk tubuhnya. Wanita ini melirik malu-malu ke arah supir taksi online yang dia naiki. Supir itu beberapa kali melirik ke arah spion depan, mencuri pandang keributan yang terjadi di kursi tengah. Sejak lima menit yang lalu, Aryan membuka mata dan meracau. Membuat wanita ini kesulitan menenangkan sang tunangan. “Kenapa si.. b3rengsek itu.. masih ada di.. hatimu?! Aku gak terima!” “Aryan kamu salah pa—hey! Bisakah kamu diam?!” kesal Ran kembali. Sang tunangan kali ini mencoba menyusupkan kembali kepalanya ke ceruk leher Ran. Sumpah, Ran tidak ingin mati membeku saat ini ju