Karin tersenyum, memperlihatkan layar ponsel pada sang suami yang sedang duduk di sampingnya dengan memangku sang putri. “Undangan dari Vandi,” ujar Karin. Abi menelengkan kepala, memperhatikan. Membaca beberapa baris kalimat yang paling penting dari satu lembar undangan virtual yang terpampang di layar ponsel sang istri. “Rin-da?” tanya Abi setengah tidak percaya. Wajah yang semula menatap ke arah layar itu—mendongak, ganti menatap sang istri yang terkikik sambil menganggukkan kepala. “Wah … really?” tanya Abi yang masih nyaris sulit mempercayai. Vandi, dan … Rinda? Seriously? Karin terkekeh melihat wajah tidak percaya sang suami. “Astaga, Mas. memangnya kenapa kalau Vandi sama Rinda? Kamu tidak rela, mantan asistenmu itu mendapat pria kaya?” “Ya Tuhan sayang … bukan itu. Hanya saj