Karin sudah mulai terbiasa dengan sentuhan-sentuhan kecil, yang sering kali Abi lakukan. Bukan hanya gandengan tangan, Abi bahkan mulai suka mengobrak-abrik tatanan rambutnya yang tidak seberapa panjang. Meskipun Karin menggerutu, pria itu tetap tidak peduli. Seolah merusak rambutnya yang sudah tersisir rapi, adalah satu kesenangan baru untuknya. “Sudah … anteng dulu, biar aku benerin.” Abi menahan bahu Karin, yang sudah akan beranjak dari duduknya. Sepasang kekasih itu sedang berada di ruang tengah dengan layar televisi menyala—memperlihatkan film yang tenar pada zamannya. Maju kena, mundur kena. Seperti yang Abi katakan, pria itu hanya memiliki beberapa koleksi film lawas. Meski begitu, Karin tidak keberatan. Tidak apa-apa … film komedi tiga serangkai itu, lumayan bisa mengocok perutn