Lily membuka mulutnya dan ternganga. Apakah kini Rainer sedang melamarnya? Bukankah mereka sudah menikah dan untuk apalagi sebuah lamaran? Tapi, bila kembali diingat. Mereka memang tidak pernah melakukan hal semacam ini. Melakukan sebuah lamaran yang sesungguhnya. Dan bahkan, di tempat yang sangat Lily sukai. Lily mengangguk penuh haru dengan mata yang berkaca-kaca sambil berkata, "Ja ik wil. Ik wil."("Ya aku mau. Aku mau.") Rainer tersenyum. Lalu bangkit dan menyematkan cincin dijari manis tangan kiri Lily. Meskipun di jari manis tangan kanan Lily sendiri, sudah tersemat lebih dulu sebuah cincin pernikahan mereka. Namun apa salahnya mengulangi semuanya lagi dan memulai semuanya dari awal. Tepuk tangan kini diberikan oleh segelintir orang, yang tanpa Lily sadari, tengah memperhatika