Barbara menyandarkan tubuhnya menatap Aarav yang sedang menerima telepon. Raut wajahnya tidak bisa Barbara tebak. Yang dia tangkap hanya ada berkas yang hilang. "Bodoh! Sudah berapa kali saya katakan untuk tidak mendengar ucapan mereka. Mereka hanya ingin membuat Perusahaan kita tercoreng. Saya tidak ingin tahu apapun, kalian harus bertanggungjawab. Saya tunggu laporan dari kalian 24 jam mulai dari sekarang." Setelah mengatakan itu panggilan di putus sepihak. Aarav memukul dinding membuat Barbara mendekat. Balkon ini tempat biasa Barbara menyendiri untuk memikirkan nasib masa depan nya. Dia berdiri di samping Aarav memandang jauhnya pemandangan matahari siap berpulang. "Ada masalah?" Aarav menoleh, "Kau baru bangun?" "Jangan membuatku marah!" "Apa yang aku lakukan? Apa aku salah