Matahari pagi menyapu lembut wajah Ivy yang masih terlelap. Dhruv sudah terbangun lebih awal. Pria itu duduk di tepi tempat tidur, matanya menatap wajah Ivy dengan berbagai macam rasa—cinta, kekhawatiran, dan sedikit rasa bersalah. Jari-jarinya yang besar menyentuh lembut pipi Ivy, mengusapnya dengan penuh cinta. Ivy mengerjapkan matanya perlahan, terbangun oleh sentuhan Dhruv. "Morning,” sapa Dhruv. “Pagi … kau sudah bangun?” suaranya serak karena baru terbangun. Dhruv mengangguk pelan. “Aku tetap ingin pulang. Aku tak bisa berlibur di saat tugasku menumpuk di rumah sakit,” lanjut Ivy. "Kau yakin ingin kembali hari ini?" Ivy duduk, selimut terkulai di pangkuannya. "Aku sudah mengambil terlalu banyak cuti. Aku tidak bisa menunda lagi. Pendidikan spesialisku sudah tertunda