Malam itu, udara di luar klub malam terasa begitu dingin meskipun lampu-lampu neon yang menyala terang menciptakan ilusi kehangatan. Dhruv keluar dari pintu utama klub dengan langkah cepat, wajahnya memerah oleh kemarahan yang sulit dikendalikan. Matanya menyipit tajam, dan rahangnya mengeras saat dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri—namun sia-sia. Emosinya masih membara, seperti api yang tak kunjung padam. Dhruv langsung menuju motor sport hitamnya yang diparkir di sisi jalan. Ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang di sekitarnya yang mungkin melihatnya sebagai pria kasar atau bermasalah. Baginya, mereka semua tidak penting. Yang ada di pikirannya hanyalah perkelahian beberapa menit lalu—perkelahian yang membuatnya merasa frustrasi dan marah pada diri sendi