“Malam ini, kamu tidur di sini. Ini hukuman buat kamu. Jangan bersikap terlalu kekanak-kanakan kalau tidak mau dapat hukuman. “ Ujar Juna seraya menutup pintu kamar gudang dengan kasar, membuat Caca tidak mengerti.
“Ini gimana ceritanya, aku yang punya rumah tapi aku yang tidur di gudang! “ Gumam Caca dengan perasaan yang susah payah Caca tahan amarahnya.
Hanya demi seorang sahabat, suaminya dengan teganya mengurung istrinya di gudang.
Caca merasa hidupnya tidak mendapat keadilan, yang seharusnya Cindy mendapat perhatian penuh dari suaminya, malah dapat sebaliknya.
Juna kembali ke kamarnya dengan nafas yang masih belum beraturan. Juna merasa kesal pada Caca, kenapa Caca bersikap seperti anak kecil, yang tak kunjung berubah.
Juna berulang kali melihat ke ranjang yang sudah kosong, sudah tidak ada Caca lagi, dan melihat ranjang yang biasanya ada seorang wanita yang menemaninya selama 4 tahun kini terlihat kosong, itu membuat hati Juna merasa ada yang berbeda.
Caca berulang kali menghapus air matanya, merasa kalah dari Linda, sahabatnya yang berhasil jadi diri dalam rumah tangganya.
Keesokan paginya, Juna membuka pintu gudang dan melihat Caca tidur dengan posisi duduk dan bersandar pada tembok.
Juna mendekati Caca dan menggendong Caca untuk memindahkan Caca ke kamarnya.
Baru saja Juna keluar dari gudang dengan menggendong Caca, Caca membuka matanya dan meminta agar Juna menurunkan dirinya.
“Turunkan aku. Aku bisa jalan sendiri. “ Ujar Caca yang langsung dipatuhi oleh Juna. Caca langsung melangkah menuju ke kamarnya, dan Linda yang melihat kepergian Caca langsung mendekati Juna guna memanas-manasi Juna.
“Kok bisa ya Kak Caca tidak menghargai kebaikan Kak Juna, padahal Kak Juna niat baik mengantar Kak Caca kekamarnya, “ kata Linda dengan nada sedihnya, membuat hati Juna merasa panas mendengar ucapan Linda.
Juna termakan omongan Linda, dan kembali hatinya terbakar emosi dan membenarkan kata-kata Linda dimana Caca tidak menghargai dirinya sebagai seorang suami.
Juna langsung menyusul Caca ke kamarnya, membuat Linda tersenyum sinis melihat kepergian Juna.
“Caca, bersiap saja untuk kehilangan cinta yang selama bertahun-tahun bersamamu. Aku hanya butuh beberapa waktu saja, untuk mendapatkan cinta yang membuatmu bahagia. Setelah itu, aku akan merasakan seperti apa rasa bahagia yang selama ini kamu rasakan. “ Lirih Linda dengan senyum Misteriusnya, merasa yakin kalau ia berhasil merebut Juna dari Caca.
Brak
Juna membuka pintu kamarnya secara kasar, hingga membuat Caca yang tengah menyisir rambut basahnya langsung menoleh ke arah pintu.
Juna mendekati Caca dan melihat mata pandai Caca. Juna yakin, semalam Caca pasti merasa kesulitan untuk tidur.
Caca berdiri di depan Juna, dan entah kenapa Juna jadi tidak bisa memarahi Caca yang tidak menghargai dirinya tadi.
“Aku akan menyuruh pelayanan untuk membawakan sarapan buat kamu, setelah itu istirahat. “ Kata Juna dengan pelan, namun tidak mendapat tanggapan apapun dari Caca, membuat Juna tidak sabar.
“Kamu masih marah karena hukuman semalam? “ tanya Juna karena melihat Caca diam saja tak menanggapi perhatian darinya.
“Memangnya kapan kamu melihat kemarahan aku? “ tanya Caca datar
“Jangan marah. Sampai saat ini aku masih mencintai kamu, “ kata Juna
“Bukan aku yang marah, “ ujar Caca
“Maksud kamu? “ tanya Juna. Mendengar pertanyaan Juna, Caca pun mengambil tangan Juna, dan mengarahkan tangan Juna agar menyentuh perutnya. Juna cukup terkejut saat merasakan panas yang luar biasa pada perut Caca.
“Mungkin karena semalam kamu tidur di gudang, makanya perut kamu panas. Kita ke rumah sakit ya. “ Kata Juna yang langsung mendapat gelengan kepala dari Caca.
“Sudahlah. Jangan pedulikan aku. “ Kata Caca seraya melangkah mendekati ranjang, dan duduk di tepi ranjang.
“Caca, bisa nggak kamu tidak bersikap seperti anak kecil. Hanya gara-gara Linda nginep di sini, kamu terus aja marah sama aku. Linda itu hanya gadis kecil sama seperti kamu saat pertama kali bertemu denganku. Aku rasa Sudah saatnya Kamu berpikir dewasa dan bertingkah dewasa, karena sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ibu. “ Ujar Juna yang membuat Caca langsung menatap Juna dengan Tatapan yang sangat tajam, serta salah satu tangan yang mencengkram kuat ujung sprei karena merasa marah, marah karena Juna menganggap dirinya bertingkah seperti anak kecil.
Baru saja Caca ingin membuka suara untuk menanggapi Juna, tiba-tiba kamarnya diketuk, dan kebetulan kamar yang diketuk itu tidak tertutup dengan rapat , hingga Caca dapat melihat kalau orang yang mengetuk pintu itu adalah Linda.
"Maaf, kalau aku mengganggu kalian. Aku hanya ingin berpamitan kalau aku mau pulang. Terima kasih karena sudah mau menampungku atau mengizinkan aku untuk menginap di sini semalam." Ujar Linda panjang lebar, membuat Juna langsung mendekati Linda.
“Tidak masalah. Aku yang minta maaf karena kamu menginap disini dengan rasa yang tidak nyaman.” Kata Juna lembut, membuat Linda langsung melirik secara sinis pada Caca dan tentunya tanpa sepengetahuan Juna.
“ Seperti yang aku katakan tadi, kamu istirahat setelah sarapan. Aku akan menyuruh pelayan untuk membawa sarapan kamu kesini. Aku mau berangkat ke kantor, sekaligus untuk mengantar Linda pulang. "Ujar Juna yang kalimat terakhirnya malah menambah amarah bagi Caca.
"Pergilah. Sekalipun aku melarangmu pergi kamu tetap akan pergi. “ Ujar Caca dengan nada dinginnya, tanpa ada niatan melarang Juna pergi, karena menurut Caca hanya sia-sia saja, dan Juna juga tidak menghiraukan lagi sikap dingin Caca terhadap dirinya. Juna menutup pintu kamarnya lalu menarik tangan Linda pergi, untuk mengantar Linda, baru setelah itu langsung ke perusahaan.
Tidak dipungkiri Caca benar-benar merasa kecewa dan juga sedih atas sikap Juna terhadap dirinya yang sangat berbeda, berbeda dari 2 tahun yang lalu sebelum Linda muncul di kehidupannya. Yah sebenarnya sebelum adanya Linda, kehidupan mereka normal-normal saja seperti hubungan seorang suami istri pada umumnya. Tapi setelah kedatangan Linda, sikap Juna terhadap dirinya sangat berubah drastis bahkan seperti tidak cinta lagi terhadap dirinya.
Seperti biasa rutinitas yang dilakukan oleh Caca saat jam makan siang, yaitu mengantar makan siang untuk Juna. Hari ini Caca sudah bersiap untuk berangkat ke kantor Juna, untuk mengantar makan siangnya. Saat Caca ingin masuk ke dalam perusahaan Juna, Caca melihat Juna ingin keluar dan terlihat di samping Juna ada Linda juga. Dengan cepat Caca mendekati Juna, dan menyentuh lengan Juna.
“ Sayang, kenapa kamu ke sini? "Tanya Juna dengan nada lembutnya tidak.
“Kamu masih tanya kenapa aku kesini? Kamu nggak lihat aku bawa apa?” tanya Caca balik Seraya menunjukkan rantang yang ia bawa.
“ Kak Juna makan saja bekal yang dibawakan oleh kak Caca. Aku tidak apa-apa. Kalau Kak Juna makan disini, aku nggak jadi makan siang diluar. Lagi pula makanan itu cuma cukup buat satu orang, dan itu cuma cukup buat Kak Juna. Jadi kita tidak mungkin makan siang bersama. "Ujar Linda dengan nada sedihnya.
Mendengar kata-kata Linda yang terlihat sangat menyedihkan, dengan pelan Juna melepaskan tangan Caca yang sejak tadi memegang tangannya, dan dengan perasaan tidak enak Juna mau minta maaf pada Caca.
"Sayang, maaf. Tidak masalah kan aku makan di luar sama Linda. Kamu bisa bawa kembali makanan itu. "Ujar Juna tanpa perasaan, membuat hati Caca benar-benar sangat sangat teramat sakit, bahkan terasa hancur saat suaminya berpamitan secara langsung untuk makan siang bersama wanita lain. Bagaimana tidak sakit, sudah susah payah iya bela-belain nganterin makan siang untuk Juna, dan dengan mudahnya Juna mau minta maaf dan meminta makanan itu kembali di bawah pulang, hanya dengan alasan Juna akan makan siang bersama dengan Linda di luar. Mendengar perkataan Juna, Linda langsung bersorak gembira dalam hati, Karena ia merasa sangat beruntung Juna memilih dirinya.
“Caca, permainan telah dimulai…