Istri dihukum, sahabat dimanja

974 Kata
“Juna, kenapa dia masih ada di rumahku? “ tanya Cahaya dengan nada dinginnya. “Ca, di luar masih hujan. Cuaca gak baik, gak baik juga membiarkan anak gadis berkeliaran, apalagi malam-malam begini, “ Jawab Juna, suami Cahaya “Harusnya kau tanyakan dulu, aku setuju apa nggak dia nginep di rumahku, “ ujar Cahaya yang jelas keberatan kalau Linda menginap di rumahnya. “Caca, Linda ini sahabat kamu, orang yang selalu bantuin kamu disaat kamu butuh. Apa kamu tidak bisa berbaik hati dengan membiarkan dia menginap disini. Lagi pula kalau tidak hujan, di pasti juga memilih pulang. “ Ujar Juna yang sudah berdiri dan mendekati Cahaya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi, Caca langsung pergi, dan menabrak tubuh Linda secara sengaja. “Kak Juna, sepertinya kak Caca gak suka aku nginap, “ kata Linda dengan wajah sedihnya “ Sudahlah. Kamu tidak perlu memikirkan Caca. Sekarang kamu istirahat, untuk masalah Caca biar menjadi urusanku. "Kata Juna dengan penuh ketegasan, Seraya mengelus kepala Linda dengan penuh kelembutan. Linda menganggukkan kepalanya dengan wajah sedihnya, lalu masuk ke kamar tamu, dan begitupun juga dengan Juna, Juna masuk ke kamarnya sendiri untuk menyusul Caca. Juna melihat Caca Tengah berdiri di dekat jendela, dengan tatapan yang tertuju pada rintik-rintik di luar, yang dengan cepat Juna memeluk Caca dari belakang. “Aku tau aku salah karena meminta Linda menginap di rumah tanpa persetujuan kamu, karena aku yakin, kamu juga tidak keberatan. Aku minta maaf. Jangan marah lagi. Ibu hamil tidak baik marah terlalu larut. “ Bisik Juna tepat di telinga Caca “Lupakan.” Kata Caca singkat dan langsung melepaskan tangan Juna, lalu melangkah ke ranjang. Juna ikut mengekor langkah Caca dari belakang, lalu meletakkan jasnya di sandaran ranjang. Baru saja Juna duduk di tepi ranjang dan ingin ikut tidur dengan Caca, Tiba-tiba ponselnya berdering. “Linda… Gumam Juna pelan saat melihat panggilan masuk dari Linda. “Kak Juna, aku takut sendirian. Bisakah Kak Juna ke kamarku sebentar, “ kata Linda dengan nada yang terdengar ketakutan. “Baiklah. Tenang, aku akan kesana. “ Ujar Juna yang langsung keluar dari kamarnya tanpa memberitahu Caca, membuat Caca langsung memutar bola matanya malas. “Aku pikir kamu benar-benar peduli dengan perasaanku, ternyata, hanya sebuah panggilan saja dari Linda, itu sudah mengalahkan kepedulian kamu tadi ke aku. “ Gumam Caca pelan seraya menatap pintu yang sudah tertutup rapat. Baru saja Juna keluar dari kamarnya, Juna kembali masuk ke kamarnya dan kali ini terlihat sangat marah pada Caca. "Bangun, dan kamu harus bertanggung jawab. Kamu kan tahu Linda sangat takut sama petir kenapa kamu masih membuat dia merasa bersalah karena dia menginap di rumah ini! "Bentak Juna pada Caca, membuat Caca langsung memutar bola matanya Jengah mendengar kata-kata penuh kemarahan dari Juna. “Kalau dia takut sama petir, apa yang harus aku pertanggungjawabkan? "Tanya Caca dengan nada pelannya, dan pertanyaan Caca malah membuat Juna langsung mendorong tubuh Caca secara kasar hingga Caca jatuh, dan langsung memeluk perut buncitnya. “ Aku tidak menyangka, Kenapa kamu sekejam ini sama Linda. Linda itu sahabat kamu. "Bentak Juna dengan penuh kemarahan. “ Dia hanya sahabat, bukan ibu atau orang tuaku. “ Ujar Caca yang Merasa tidak perlu banyak melakukan hal terhadap Caca, apalagi harus mengorbankan kandungannya. Mendengar ucapan Caca, Juna langsung mencengkram kuat lengan Caca, hingga Caca harus berusaha menahan sakit. “ Harusnya kamu berterima kasih pada Linda aku mah karena Linda sudah banyak melakukan hal baik buat kamu. "Ujar Juna Seraya mendorong tubuh Cindy dengan kasar, hingga Cindy merasa sedikit nyeri pada perutnya. Juna langsung keluar dari kamarnya, dan Caca kembali duduk, sambil mengelus perutnya dengan lembut. "Apakah dia tidak sadar, kalau perlakuan dia selama ini benar-benar memperlakukan aku sebaliknya, dan memperlakukan Linda sebaiknya juga, Gimana Juna memperlakukan aku seperti seorang pelakor, sedangkan Linda diperlakukan seperti istri sahnya, yang begitu sangat istimewa. "Gumam Caca pelan, sambil tersenyum hambar. Caca tidak percaya kalau nasib pernikahannya akan seburuk ini pada akhirnya. “ Tenanglah. Aku temani kamu disini. Nanti, setelah kamu tidur, aku kembali ke kamar, “ kata Juna lembut “Tapi aku takut nanti Caca marah. Kamu kan tau Caca sangat pencemburu, “ Kata Linda dengan nada sedihnya, serta wajah yang sudah menunduk karena terlihat takut. “Urusan dia biar nanti jadi urusanku. Tidurlah. “ Kata Juna lembut, dan meminta Linda tidur. Linda pun menganggukkan kepalanya dan istirahat. Setelah Juna melihat Linda tidur, Juna keluar dari kamar tamu. Linda yang merasa keluar dari kamarnya, langsung membuka matanya, dan tersenyum sinis. “Caca, tinggal menunggu waktu saja, aku akan merebut semua apa yang jadi milikmu. Milikmu, akan segera jadi milikku! “ Gumam Linda pelan, namun mengandung makna yang begitu sangat mendalam, serta senyuman misterius, yang tidak ada yang tahu apa arti senyuman misterius Linda. Juna masuk ke kamarnya sendiri, dan melihat Caca tengah tidur membelakangi dirinya. Juna menarik selimut Caca secara kasar, hingga selimut itu terlepas dari Caca, membuat Caca terkejut. “Caca, kita sudah lama menikah, sikapmu kali ini sangat kekanak-kanakan. Bersikaplah dewasa. Kamu bisa mencontoh sikap dewasa Linda. Padahal dia hanya anak kecil, tapi dia bisa bersikap dewasa. “ Ujar Juna membandingkan sikap Linda dengan Caca. Bayangkan, bagi seorang wanita, atau seorang istri, dibandingkan oleh suami dengan sahabatnya sendiri, apa itu tidak sakit? Kalau di hati Caca sendiri, sungguh sangat sakit. Istri sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik atau memberi kenyamanan paling nyaman dan bahkan selalu mengalah agar suami mengerti, tapi justru suami malah membandingkan dengan sahabatnya sendiri. Tidak bisa dibayangkan seperti apa rasa sakit hati Caca saat ini pad Juna. “Juna, justru kita sudah lama menikah, kamu sadar gak sih, kalau sikap kamu sangat tidak pantas untuk aku yang sedang mengandung. Aku ini istri kamu, tapi kamu tidak menghargai statusku sebagai seorang istri. “ Ujar Caca tanpa ada rasa takut sedikitpun pada Juna. Juna yang mendengar ucapan Caca langsung menyeret Caca keluar dari kamarnya, dan membawanya ke gudang. “Malam ini, kamu tidur di sini. Ini hukuman buat kamu…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN