Ini pertama kalinya aku merasa malu hendak bertemu Mas Dhika. Semua ini gara-gara panggilan sayangnya tadi siang. Aku tahu ini berlebihan, tetapi beginilah adanya. Barangkali karena sudah lama sekali aku tidak mendengar kata itu ditujukan padaku. Siang tadi aku menuruti permintaannya, yakni hanya keluar lima detik. Benar-benar tidak lebih. Mas Dhika pun tidak ngelunjak karena katanya sudah cukup. Dia hanya ingin melihatku sebentar saja. Seperti yang sudah dibahas tadi, malam ini Mas Dhika akan mengajakku ke rumah Mbak Alin. Aku sudah siap, tinggal mengambil tas dan turun. Ketika aku keluar gerbang, mobil Mas Dhika sudah parkir di depan kos. Si empunya tidak ada, tetapi gerbang rumahnya terbuka. Sepertinya dia sedang masuk sebentar entah mengambil apa. Aku menunggu satu menitan sampai a