56. Lama-lama Bisa Bahaya

2022 Kata

“Mama bilang apa barusan?” Aku yakin sekali Mama menyebut Mas Dhika mantu, bukan lagi calon mantu. Andai tahu akan begini, aturan tadi aku menyalakan ponsel untuk merekam. “Ma? Jangan diam aja!” Mama menggeleng, lalu beliau buru-buru keluar setelah mengambil jaket Papa yang katanya ketinggalan. Aku menyusul keluar, dan ternyata Mas Dhika sudah berada di meja makan. “Sudah makan, Tante?” tanya Mas Dhika begitu melihat Mama. Rambutnya sudah rapi, dan dia ganti celana panjang. Kaosnya masih tetap sama, lengan pendek dan warna hitam. “Belum.” Mama tersernyum. “Mau saya masakin, Tante?” Mama langsung menggeleng. “Enggak perlu, Nak Dhika. Kamu sudah mandi, nanti bau dapur lagi. Ayo, makan martabak saja sama-sama.” Mas Dhika menatapku, dan aku hanya bisa menggeleng. Aku sudah pernah bilan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN