***
"Sudah berapa kali aku peringatkan kepadamu? Jangan sebut namanya di depan wajahku! Kau tidak mengerti bahasa, Jihan?" ujar Michael dengan nada menggeram, menatap tajam ke dalam mata Jihan di tengah suasana kamar yang sunyi, hanya diterangi cahaya temaram.
Dengan gerakan gesit, Michael mengangkat kedua tangan Jihan ke atas kepala, lalu mencekalnya dengan lembut, namun tetap kuat menggunakan satu tangan.
Jihan seketika panik, dadanya berdebar; merasakan darahnya berdesir. Ia sesekali melirik dengan cemas ke arah Sexyana yang tertidur di sampingnya. “Chel, jangan gila! Bagaimana jika Sexyana bangun?!” pekiknya dengan suara tertahan.
“Dia tidak akan bangun kalau kau tidak berisik,” jawab Michael dengan tenang, meski matanya memancarkan api kemarahan. Ekspresinya kontras dengan kepan
