Amelia terperangah, hatinya mencelos mendengar suara dingin Matteo. Pria itu berbalik membelakanginya. “Tuan Hayes, maaf, saya tidak bermaksud—” “Tidak bermaksud apa?” potong Matteo cepat. Suaranya meninggi, meski tetap terkendali. Punggungnya menegang. Dia benci mendengar Amelia memanggilnya seperti itu. Jarak panjang yang ia lewati menuju altar gereja demi membawa Amelia pergi dari cengkeraman si br3ngsek Kenneth terasa menganga seperti jurang mematikan sekarang. Dan keheningan di belakangnya terasa sama mematikannya. Amelia memejamkan mata, menahan perih yang mencuat. “Aku… Aku tidak bermaksud merepotkan Anda, Tuan Hayes. Aku hanya—” Tiba-tiba Matteo berbalik sepenuhnya, sorot matanya sedingin es. “Cukup, Nona Davis. Kau boleh pergi, tidak perlu bicara lagi.” Amelia tetap berdir

