Matteo menunduk sedikit, membiarkan bayangan senyum tipis yang lebih mirip ancaman terbentuk di wajahnya. ‘Kau boleh membenciku sebanyak yang kau mau… asal kau tetap di sisiku.’ Suara langkah berat Matteo perlahan menjauh, meninggalkan Amelia sendirian dalam kamar megah yang kini terasa seperti penjara emas. Amelia terduduk di sudut kamar luas yang dingin, lututnya ditarik rapat ke d@da. Tangisnya pecah tanpa bisa ditahan. D@da terasa sesak, napasnya tersengal, dan air mata membasahi wajah pucatnya. Suara pintu yang baru saja dikunci dari luar masih terngiang di telinganya, meninggalkan rasa terjebak yang begitu mencekam. Dia menengadahkan wajahnya, menatap langit-langit kamar yang tinggi dengan lampu gantung berkilauan—kemewahan yang justru terasa seperti jeruji besi bagi dirinya.

