“Makan dulu ya Lan, dari kemarin sore kamu belum makan apapun.” Bujuk Damian dengan mengarahkan sendok berisi bubur ke mulut Mulan yang sejak kemarin hanya diam membisu, dengan tatapan kosong bahkan sesekali menangis.
“Satu suap aja.”
Mulan menggeleng, kedua mata wanita yang baru saja kehilangan calon anaknya itu nampak berkaca-kaca.
Damian menghela nafas panjang, namun entah mengapa rasanya ia tak merasa marah sedikitpun.
“Yasudah, kalau gitu minum tonic aja.” Ujar Damian sembari membuka tutup botol kecil minuman tonic itu, dan syukurlah Mulan tak menolak.
Keduanya kembali diam dan larut dalam pikiran masing-masing, hingga sebuah ketukan pintu mengintrupsi mereka.
“Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam mah.” Jawab Damian dan Mulan serentak, menyambut Kinasih.
Wanita paruh baya itu terseyum lembut dan menghampiri menantunya.
“Makan yuk Lan, mamah bawain sop kambing kesukaan kamu.” Ujar Kinasih mengelus surai lembut Mulan yang digerai begitu saja, mau tak mau Mulan mengangguk.
Sebuah kelegaan menyinggahi benak Damian, memang dirinya yang meminta mamahnya untuk datang ke rumah sakit dan menjaga Mulan sejenak, karena ada suatu hal penting yang harus Damian lakukan.
Namun ia tak segera pergi, ia menunggu paling tidak sampai ia melihat Mulan benar-benar memakan sesuatu.
Dengan telaten Kinasih menyuapi Mulan, ia memang sudah menganggap Mulan sebagai anaknya sendiri, jadi wajar jika kasih sayang itu semakin besar setelah Mulan menikah dengan putranya.
Selepas kepergian Damian Kinasih tak dapat menahan laju air matanya, wanita itu menunduk dalam dengan genggaman tangan kanannya pada sendok yang ia gunakan untuk menyuapi Mulan kian menguat.
“Mah?” Mulan menyentuh lengan mertuanya.
“Mamah tau ini berat buat kamu, maafin Damian yang lalai menjaga kalian ya.” Lirih Kinasih, membuat Mulan tersenyum kecut.
Jadi benar dugaannya Damian tidak menceritakan kronologi kegugurannya yang sangat mengenaskan itu pada sang mamah? Picik sekali! Batin Mulan.
“Mamah tau kamu hancur sayang, tapi Damian juga pasti sama hancurnya dengan kamu. Jangan bersikap tak acuh seperti ini pada Damian ya? Mamah belum pernah melihat Damian sehancur ini.” Pinta Kinasih membuat Mulan kian merasa terluka.
“Belajarlah ikhlas, meski sulit. Mamah yakin kalian bisa melewati ini semua.”
Seminggu kemudian Mulan diperbolehkan pulang, wanita itu benar-benar bak mayat hidup saat ini, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Berbanding terbalik dengan Damian yang justru nampak semakin sering mengajak Mulan mengobrol meski tak mendapat tanggapan apapun dari Mulan.
"Habis ini kita makan bubur ayam di deket sekolahan kamu ya." Ucap Damian sambil membukakan pintu mobil untuk Mulan.
Mulan diam tak berniat menjawab, "Kata Arinda kamu suka bubur yang ada disana, soalnya waktu dulu kamu sakit, arinda pasti minta anterin beli bubur disana." ucap Damian panjang lebar sambil menjalankan mobilnya.
Sementara Mulan justru nampak tersenyum getir, haruskah ia semenderita ini dulu baru Damian menganggapnya ada (?)
"Oh iya, habis itu kita mampir kerumah mamah ya?" Tanya Damian, dan Mulan hanya diam tak menjawab. Hatinya semakin sakit saat Damian bersikap hangat dan manis seperti ini kepadanya, seolah setiap perlakuan manis Damian hanyalah kepura-puraan untuk menebus rasa sakit Mulan akibat kehilangan calon buah hatinya.
"Kok nggak dimakan?" Tanya Damian saat menatap Mulan hanya menatap buburnya sejak tadi, tanpa ada niatan melahapnya.
Mulan diam, "Mau aku suapin?" Tanya Damian lagi, Mulan menggeleng.
"Yasudah, kamu mau makan yang lain?" Lagi-lagi Mulan menggeleng.
"Pulang?"Kali ini Mulan mengangguk.
Damian kembali menuntun Mulan kembali ke mobil mereka setelah membayar bubur itu, sungguh ia benar-benar merasakan hatinya tercubit disaat-saat seperti ini. Jadi selama ini begini rasanya tak diacuhkan, lalu bagaimana Mulan dapat sesabar itu saat ia mengabaikan bahkan menyakiti Mulan dengan kata-kata bahkan perilakunya.
"Kitakerumah mamah besok aja ya, tadi aku juga udah kabarin mamah, mamah bilang nggak papa." Ucap Damian pada Mulan yang nampak melamun lurus ke kaca samping.
Mulan menoleh pada Damian, kala lelaki itu menuntun tubuh Mulan masuk ke dalam kamar tamu yang ada disamping kamar Damian, kala mereka tiba dirumah.
"Mulai malam ini, kamu tidur disini." Mulan nampak tak acuh mendengar penjelasan Damian, ia hanya lelah, lelah fisik dan lelah hati.
Ia muak dengan semua perlakuan manis Damian, semuanya nampak fana, Mulan tak ingin terlena dengan semuanya, Cukup sudah ia merasakan kehilangan yang mendalam karena kehilangan calon bayinya, ia tak ingin lagi mematahkan hatinya sendiri karena menaruh harapan terlalu banyak karena sikap manis Damian yang menurutnya palsu.
Mulan menghalau tangan Damian saat lelaki itu akan membantunya berbaring di kasur, "Aku bisa sendiri, kakak keluar saja. Makasih." Ujar Mulan dingin, mempersilakan Damian keluar.
Damian menghela nafasnya, segaris senyuman terbit di ujung bibirnya, "Yasudah, kamu istirahat, biar aku siapkan makan malam dulu." ucap Damian undur diri.
Seumur-umur tak sekalipun Damian menjamah dapur, namun berbekal tutorial dari internet, akhirnya Damian memulai eksperimennya.
"Nambah ya?" Mulan menggeleng.
Malam ini, Damian dan Mulan sedang menikmati masakan makan malam Damian, hanya menu simple, nasi goreng kornet, dan telur mata sapi.
"Mau aku buatin jus?" lagi-lagi Mulan menggeleng.
Lama keduanya terdiam, Damian dan Mulan kembali fokus dengan makanan di depan mereka masing-masing.
"Harusnya kakak begini saat masih ada dia di dalam kandunganku." lirih Mulan mencoba menahan isakannya yang ia tahan sejak kemarin. Ia lelah berpura-pura tegar di depan Damian.
Damian membisu, nafasnya tercekat.
"Kenapa kakak harus sebaik ini saat dia telah pergi untuk selama-lamanya." tangsi Mulan pecah, dengan segera Damian meraih tubuh Mulan dan memeluknya erat.
"Kenapa kakak harus seperti ini? Kemana Damian yang angkuh, keras kepala, dingin dan tak tersentuh itu?? Kemana ia kak??!!!" ucap Mulan dengan menaikan nada bicaranya.
"Tolong jangan seperti ini.. Maafkan aku." pinta Damian yang masih setia memeluk Mulan.
"Izinkan aku memperbaiki semuanya." Mulan menggeleng..
Wanita muda itu melepaskan diri dari pelukan Damian dan ganti memandang Damian tatapan terluka, lalu menggeleng samar.
"Kita cerai ya?" pinta Mulan lirih, ia menahan semua gejolak dihatinya.
Damian menggeleng tegas, namun nampak penuh harap dan ketakutan "aku nggak mau! Aku akan tetap mempertahankan rumah tangga kita!" jawab Damian tegas dan lugas.
Mulan memejamkan kelopak matanya, "Jangan mempertahankan pernikahan yang nyatanya hanya membuat kita sama-sama sakit kak.. Ayo kita bercerai.. Kakak bisa mengejar kembali cinta kakak, kak Aisyah."
Damian menggeser duduknya, dan tanpa Mulan duga Damian bersimpuh di hadapan Mulan.
"Jangan seperti ini kak!" tegas Mulan, Damian menggeleng.
"Maafkan aku Lan, tolong.. aku pun sama sedihnya dengan kamu.. Aku juga menginginkan calon anak kita ak-
Mulan menempelkan telunjuknya di depan bibir Damian, "Tidak.. Kakak tidak menginginkan dia, ingatkah kakak, kakak dulu menolaknya, Menolak mengakuinya, menolak memberikannya cinta dan perhatian, bahkan..hikss.. Bahkan kakak membunuhnya..." tangis Mulan kembali mengeras.
"Maafkan aku lan.. Tolong.. Beri aku satu kesempatan.." Pinta Damian, sambil menggenggam erat tangan Mulan.
Namun lagi, lagi dan lagi, Mulan menggeleng, "Aku nggak sekuat itu untuk kembali menjalani semuanya sama kakak, please.. Kita cerai ya.. Jangan mempersulit semuanya."
Damian berdiri, mengukung tubuh Mulan, "Sampai kapan pun kita nggak akan bercerai! Akan aku buktikan bahwa aku telah berubah, dan aku sungguh-sungguh ingin membuka lembaran baru bersama kamu dan anak-anak kita kelak." ucap Damian tegas dan serius.