“Semeru, Alia, pelan-pelan, Nak, mainnya,” teriakku pada kedua anakku yang sedang bermain di halaman rumah Pak Sasonko. Ya, Pak Sasonko, yang tidak lain adalah kakek Bhumika. Sudah tiga bulan aku tinggal di rumah besar ini atas permintaan orang-orang terdekatku. Tiga bulan lalu, ketika aku masih berada di rumah sakit. Bhumika datang bersama seorang pria sepuh yang kemudian diperkenalkan sebagai Kakeknya. Kami berbincang-bincang mengenai kondisiku dan perkembangan proses hukum Marcel, sebelum akhirnya, Bhumika dan Kakek Sasonko memintaku untuk tinggal bersama mereka. Dengan pertimbangan menghindari ancaman keluarga Bang Marcel. Dan karena mereka semua mengkhawatirkan keselamatanku dan Alia jika hanya tinggal berdua saja, pada akhirnya aku setuju untuk tinggal bersama Bhumika dan Kakek