Pagi itu tubuh Dizza terasa sangat lemas. Kepalanya pusing. Wajahnya pucat. Badannya tiba-tiba saja panas. Namun, yang ia rasakan adalah kedinginan. Setiap sendi di tubuhnya pun terasa sakit. Dizza demam. Ia hanya meringkuk di kasurnya dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya kecuali kepala. Ia sudah menghubungi atasannya bahwa hari ini ia tidak masuk kerja dulu. Ia hanya ingin beristirahat. Ketukan pintu terdengar. "Masuk aja!" teriak Dizza. Pintu terbuka. Muncullah Deryl di depan pintu. Dizza mengernyit. Kenapa Deryl datang kesini? Bukankah seharusnya dia bekerja? Dizza berusaha untuk duduk. "Kamu ngapain kesini?" "Kamu sakit apa?" Bukannya menjawab Deryl malah bertanya balik. Deryl masuk dan duduk di tepi kasur Dizza. Pintu sengaja ia biarkan terbuka agar tidak terjadi fitnah. "