Deryl tengah berbaring menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya berkelana ke kejadian tadi sore di rumah Dizza. Perkataan ayah Dizza seakan mampu meluluhlantakan isi hatinya. Memporak porandakan harapan yang selama ini diimpikannya. Bom tak kasat mata telah berhasil menghancurkan hati Deryl. Haruskah ia menyerah? Haruskah ia melupakan Dizza walau sulit sekali rasanya? Bisa bicara kembali dengan Dizza sudah membuatnya bahagia. Haruskah ia kembali menjauh dari Dizza dengan resiko patah hati kembali? Ia tidak sanggup. Terdengar pintu kamarnya diketuk. "Deryl," panggil mama dari luar kamar Deryl. Deryl bangkit dari posisi berbaringnya. Ia melangkah menuju pintu. Diputarnya hendel pintu tersebut. Pintu terbuka. Mama langsung masuk ke dalam kamarnya. Duduk di sofa yang berada di situ. "Ma