CEMBURU

1693 Kata
                Betul kata orang, one sided love memang sungguh sangat menyakitkan. Aku masih berdiri di tempat yang sama , memandang punggung suami ku yang perlahan menghilang di telan pintu. Rasanya sakit, namun aku sadar, bahwa ini adalah awal dari permulaan, mungkin belum sekarang , mungkin nanti ia akan sadar bahwa aku sungguh sangat mencintainya.                 Aku menghapus air mata di pipi ku, kemudian mandi lalu bergegas untuk mempersiapkan bekal makan siang untuk Arta. Aku tahu bahwa nantinya aku akan menerima penolakan dari Arta, tapi siapa peduli, cinta memang harus disertai dengan perjuangan. Nanti siang makanannya tidak akan ku antarkan langsung, aku tidak ingin menerima penolakan lagi secara langsung dari Arta. Aku akan mengirimnya melalui ojek online, siapa peduli jika Arta mau memakannya atau tidak, yang jelas, aku ingin membuatkannya makan siang setiap hari.                 Ada banyak hal yang aku pikirkan saat ini, seperti misalnya aku ingin resign dari kantorku, aku ingin fokus jadi ibu rumah tangga, ya walaupun sudah pasti bahwa Arta akan menolak dan tentu saja tidak peduli dengan hal itu. tapi aku yakin bahwa suatu saat nanti Arka akan luluh kepadaku, dan kami akan hidup selayaknya suami istri yang normal, suami istri yang berbahagia dengan rumah tangga kami. AUTHOR POV             Arta melangkahkan kaki nya menuju ruangannya, namun sebelum itu ia membelokan badannya terlebih dahulu menuju ruangan Areta. Disana terlihat kekasihnya sedang berbincang dengan dua orang karyawati. Arta tidak ingin mengganggu Areta padahal ia ingin mengajak Areta untuk sarapan pagi, rasanya cukup seru melihat Areta di pagi tadi, rasanya ia sudah terlalu lama meninggalkan kekasihnya itu sendirian.                 Setelah pekerjaannya selesai dan memasuki waktu makan siang, Arta langsung buru – buru menuju ruangan Areta, berharap gadis itu telah menyelesaikan pekerjaannya. Di jalan tiba – tiba seseorang memanggil namanya.                 “Mas Arta” Panggil seorang office boy dengan sebuah totebag di tangannya                 “Kenapa mang?” Tanya Arta                 “Ini ada titipas buat mas Arta, katanya ini dari istrinya mas Arta” Jawab office boy tersebut, mau tidak mau Arta menerima nya , membuka sekilas isi dari kotak bekal tersebut kemudian memanggil kembali office boy yang tadi.                 “Ambil aja mang” Ucap Arta sembari memberikan office boy tersebut kotak bekal yang di kirimkan oleh Thalia                 “Loh kenapa mas Arta?” Tanya Office boy tersebut. Arta mengangkat kedua bahu nya acuh.                 “Gapapa mang, saya bisa beli lagi kok” Jawab Arta, setelah itu ia kembali berjalan menuju ruangan Areta. Namun ada yang mengejutkannya ketika ia sampai di sana, dari luar terlihat Bayu, mantan kekasih Areta berada di sana dengan berbagai macam makanan yang ia bawa. Jujur saja, Arta merasa cemburu dengan kehadiran Bayu. Ia tidak suka jika Bayu terlalu dekat dengan Areta. Ia tahu bahwa itu salah dan itu semua egois, tapi Arta bisa apa, perasaannya tidak bisa bohong.                 “Ekhhmmm, sayang makan yuk” Ucap Arta sembari membuka pintu ruangan kekasihnya itu. Areta menyambutnya dengan senyum manis                 “Makan disini aja yuk, kebetulan Bayu bawain aku makanan banyak nih” Jawab Areta, Bayu hanya tersenyum menanggapi Areta. Kemudian Arta menatap Bayu dengan tatapan tidak suka.                 “Makan di kafetaria aja, aku kangen makan makanan disana, yuk” tanpa menunggu persetujuan dari Areta, Arta langsung menarik tangan kekasihnya itu , meninggalkan Bayu yang masih mematung sendirian di ruangan Areta. *****                 “Kamu kenapa narik – narik akusih ta? Gak enak tau sama Bayu” Ucap Areta saat mereka berdua telah duduk bersama di Kafetaria, Mood Arta yang sejak pagi sudah tidak bagus, kini semakin bertambah tidak bagus ketika mengetahui Bayu sekarang, secara terang – terangan mendekati kekasih nya itu.                 “Aku gak suka kalau kamu dekat – dekat sama Bayu ta, I don’t like sharing. You are mine, aku gak suka Bayu deket – deket sama kamu” Jawab Arta sembari menatap tajam mata Areta.                 “Lagian deket – deket apa sih? Dia baru balik dari bandung terus ngasih aku oleh – oleh, apa yang salah dari itu?” Tanya Areta                 “Ya aku gak suka aja, dia mantan kamu. Aku gak suka itu” Ucap  Arta, kini ia mengalihkan pandangannya dari wajah Areta, ia tau semua itu egois. Tapi, ia bisa apa jika hatinya tidak bisa bohong.                 “Egois banget sih ta? Lagian kan Bayu gak ngapa – ngapain, apa salahnya sih, dia Cuma ngasih makanan doang, udah, abis itu gak ada apa – apa. dia bahkan gak ngajakin aku makan siang, apa yang jadi titik masalah kamu? Kamu aja sekarang udah nikah sama cewek lain, kenapa masih ngekang aku segitunya? Kalau dalam enam bulan kamu gak cerai gimana? Kamu mau egois gitu, biarin aku sendirian jadi perawan tua? Please. Aku gak mau, aku gak sudi” Jawab Areta dengan nada bicara yang sedikit terdengar kasar untuk Arta.                 “Jadi kamu jadiin Bayu, Backup plan kamu? Kok kamu licik gitu?” Kini Arta semakin terdengar menyebalkan                 “Apaan sih ta, gak jelas banget”                 “Lah emang iya”                 “Bener kan? Hahaha”                 “Terserah”                 Areta berjalan pergi dari kafetaria tersebut, padahal ia berpikir bahwa semuanya baik – baik saja, entah mengapa Arta malah terkesan menyebalkan saat itu. Arta juga tidak langsung mengejar Areta, baginya ia tidak salah, lagipula cemburu itu wajar dalam sebuah hubungan. ARETA POV             Gila, Arta hari ini rese banget, padahal Bayu Cuma ngasih oleh – oleh dari bandung buat aku, malah dikatain aku ngejadiin Bayu backup plan, kalau kalau aja dia batal cerai sama Thalia. Lagian aku juga gak salah kan? Bisa aja gitu dia batal cerai sama Thalia, bisa aja dia tiba – tiba cinta sama Thalia. Delapan tahun pacaran sama aku gak bakal menjamin kalau Arta bakal biasa – biasa aja serumah sama cewek. Lagian kan dia laki – laki normal, se cinta – cinta nya Arta sama aku , dia pasti bakal tetep aja ada kemungkinan jatuh cinta sama Thalia. Lagian selama ini, gak selama ini juga sih, belakangan ini Thalia jadi agresif banget ke Arta. Aku? Iya jelas lah cemburu, tapi ya mau gimana lagi. Kalau sekarang di mata orang – orang yang seharusnya marah tuh Thalia, bukannya aku.                 Hari itu, sampai pulang aku gak ngomong apa – apa sama Arta, dia juga biasa – biasa aja aku kacangin. Kesel banget astaga, padahal baru aja semalem kami berdua lepas kangen tapi sekarang malah berantem – berantem. Mood aku jadi jelek banget, pulang ke apartement, bersih – bersih, setelah itu aku lanjut tidur, bodo amat sama Arta yang belum juga say sorry malam ini.                 Keesokan hari nya, pas baru aja mau berangkat ke kantor. Mobil ku gak bisa di nyalain, panik banget, sampai beberapa kali pesan taxi online tapi di cancel. Untung aja, di saat yang bersamaan mobil Bayu kebetulan lewat, dia juga baru aja mau ke kantor. Oh iya for your information, aku sama bayu satu apartement, Cuma beda gedung aja. Aku di gedung A nya, dia di gedung C. kadang – kadang ketemu di basement doang.                 “Kenapa ta?” Tanya Bayu, dia bahkan gak turun dari mobil karena mungkin lagi buru – buru juga.                 “Tau nih, mesinnya gak nyala. Gimana ya?” Tanya ku                 “Bareng aja sini, buruan, udah hampir telat” Ucap Bayu yang tanpa pikir panjang akhirnya ku setujui, aku langsung masuk ke mobilnya, duduk manis di samping Bayu.                 Sesampainya di kantor, kami berdua berjalan bersama menuju ruangan kami masing – masing, kalau kalian berpikir aku bakalan ketemu sama Arta seperti di kebanyakan film – film, kali itu tidak, aku bahkan belum melihat mobil Arta sejak tadi. Aku sudah ingin sekali menanyakan kabarnya, rasanya tidak tahan juga jika harus berlama – lama saling mendiami satu sama lain hanya karena satu hal yang sepele.                 “Duluan ya, thanks loh tumpangannya” Ucap ku kepada Bayu sesaat setelah aku masuk ke dalam ruanganku.                 “sip, sama – sama, bentar sore kalau mau bareng bisa juga kok. Have a nice day Areta” Jawab Bayu yang hanya ku balas dengan sebuah senyum tipis.                 Hati ku sedikit lega ketika mendengar gelak tawa Arta yang sejak tadi aku tunggu, ia berjalan di depan ruanganku bersama kedua orang temannya, asumsi ku, ia akan memulai rapat pagi ini. Rasanya aku ingin sekali mencegat nya, meminta maaf, kemudian memeluk nya erat – erat. Namun keadaan sedang memungkinkan, ada banyak sekali laporan yang harus ku tangani dan Arta juga sedang sibuk – sibuk nya pagi ini, mungkin nanti saja , saat istirahat siang nanti. Aku akan meminta maaf duluan, terserahlah siapa yang salah, lagipula hubunganku dengan Arta jauh lebih penting daripada itu.                 Saat makan siang, aku berusaha mencari Arta. Sebenarnya aku mau bicara berdua dengan Arta, rasanya aneh aja, kalau udah hampir seharian sekantor tapi gak ngomong sama dia. Aku cari – cari tapi gak keliatan, jam makan siang udah hampir habis. Yaudah mungkin belum waktunya, aku turun ke kafetaria dan… I saw him with his wife, lunch and laugh together, such a happy family…                 Aku gak jadi nyamperin Arta, rasanya? Rasanya sakit banget, sampai aku sendiri gak bisa ngapa – ngapain. Padahal baru kemarin malam Arta cerita kalau dia lagi kesel banget sama Thalia, dia gak suka Thalia blablabla . dan sekarang mereka malah makan bareng sambil ketawa – ketawa. Iya Arta labil banget, aku juga salah udah suka sama suami orang. Tapikan… aku yang duluan, aku pacar Arta! Dan Thalia yang salah, dia yang udah datang , ngerebut kebahagiaan kami berdua.                 Lagi laper banget, lapernya langsung hilang. Mood hancur, kerjaan berantakan. Efek sakit hati emang se – dahsyat itu buat aku. Aku di ruangan kerja ku Cuma diem, bengong sambil dengerin lagu lewat earphone, padahal pekerjaanku lagi banyak – banyak nya di atas meja, tapi aku gak mood sama sekali buat ngerjain itu semua.                 Bahkan sampai orang – orang udah pada pulang, dan aku masih duduk diam , bengong sambil dengerin musik di ruangan kerja ku, kantor udah mulai sepi, yang tersisa hanya beberapa orang yang bakalan lembur malam ini. Aku? Aku lembur, tentu saja. Di temani segelas kopi pahit yang baru saja di antarkan oleh office girl. Efek sakit hati siang tadi lumayan, ikut larut dengan kopi yang ku minum saat ini. Ruanganku di ketuk tiga kali, aku menoleh ke arah pintu kemudian mempersilahkan orang tersebut untuk masuk. Di pintu, Bayu sedang berdiri dengan tangan yang sedang memegang tas kerja nya, ia diam menatapku, aku pun sama. Rasanya aku bahkan sangat malas untuk memulai obrolan dengan siapapun saat ini. Bayu mendekatiku , ia menarik sebuah kursi di depanku, kemudian menariknya hingga kami berdua seakan duduk berdampingan, ia mengintip lembaran – lembaran kertas putih dengan berbagai macam angka di atas nya, kemudian Bayu menggeleng pelan.      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN