Malam itu kami habiskan dengan sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang dahulu akan menjadi ritual malam kami sebelum tidur, walaupun keesokan hari nya kami akan bangun terlambat dengan keadaan yang begitu acak – acakan. Entah sudah berapa kali ponsel Arta berdering, mengganggu kami, namun tidak di pedulikan oleh Arta, bahkan Arta pun dengan sengaja mematikan ponsel nya itu kemudian membuangnya ke sembarang arah hingga kami berdua selesai menuntaskan rasa rindu kami berdua.
Keesokan hari nya, seperti yang aku katakan, bahwa kami berdua bangun terlambat dengan keadaan yang acak – acakan. Kami berdua terbangun dengan keadaaan saling memeluk satu sama lain, rasanya aku begitu rindu dengan keadaan seperti ini sehingga akupun merasa tidak rela jika waktu berlalu begitu cepat. Aku ingin melepaskan diri dari pelukan Arta, menyadari hal itu, bukannya melepaskanku, namun Arta semakin mengeratkan pelukannya, menenggelamkanku kedalam d**a bidang nya.
“Hari ini cuti aja yaa” Ucap Arta dengan suara yang serak, suara nya selalu saja terdengar sexy di kondisi seperti ini.
“Gak bisa taa, hari ini ada meeting penting” Jawab ku sembari mengelus d**a bidang nya
“Hmmm, next time ya? Janji?”
“Janji boss”
Kami berdua bangun, kemudian bersiap menuju kantor. Aku memutuskan untuk berangkat sendiri, sebab Arta harus pulang ke rumah nya untuk mengganti baju.
AUTHOR POV
Arta pulang ke rumah dengan kondisi yang segar bugar, sudah lama ia tak pernah merasakan tidur yang berkualitas seperti semalam. Ia semakin yakin bahwa memang Areta lah yang sangat cocok dengannya, terbukti dari berbagai macam hal yang ia lakukan dengan kekasihnya itu, semuanya membuat Arta menjadi lebih senang di bandingkan ia melakukan semua itu dengan orang lain.
Sesampainya di rumah , Arta langsung melihat Thalia berdiri di depan pintu dengan tangan yang terlipat di depan d**a. Ia menatap Arta dengan tatapan yang sulit di artikan, Arta yakin bahwa Thalia akan marah. Tapi tentu saja Arta tidak peduli, Thalia marah pun, tidak ada rugi nya bagi Arta.
“Dari mana aja kamu, semalaman gak pulang? Aku telfon pun kamu gak angkat, kamu malah matiin telfonnya?!” Ucap Thalia dengan nada bicara yang sudah sedikit membentak Arta
THALIA POV
“Dari mana aja kamu, semalaman gak pulang? Aku telfon pun kamu gak angkat, kamu malah matiin telfonnya?!” Ucap ku dengan nada bicara yang sudah sedikit membentak Arta. Rasanya terlalu emosi melihat suami ku pulang pagi dengan keadaan yang acak – acakan bau parfume wanita yang aku kenali sunggih semakin membuat hati ku terasa sakit.
Arta tidak menjawab, ia melewati ku dengan acuh. Aku? Aku tentu saja mengejar nya. Istri mana yang tidak marah ketika melihat suami nya pulang pagi dengan kondisi seperti itu.
“ARTA!” Panggil ku dengan sedikit berteriak. Hal itu sukses menghentikan langkah nya. Ia membalikan badannya, sehingga ia dapat menatapku lurus.
“APA?” Balas nya dengan nada bicara yang tak kalah tinggi juga, aku tersentak kaget mendengar Arta berbicara seperti itu.
“Aku nanya, kamu dari mana aja, kenapa semalam gak pulang? Aku nungguin kamu padahal, aku pengen makan malam sama kamu, aku nunggu kamu sampai pagi” Jelasku sembari menatap mata nya dalam – dalam . tidak ada cinta yang terlihat di kedua bola mata nya. Yang terlihat hanyalah siluet tatapan tajam yang menandakan bahwa ia tidak suka sama sekali denganku.
“Harus banget ya thal aku jawab?” Tanya nya dengan nada yang begitu malas. Aku membalasnya dengan sebuah anggukan tipis.
“Gak, aku gak mau jawab pertanyaan kamu. Sekarang gini? Kenapa kamu malah bertingkah seperti ini sih? Ya aku tau… aku tau karena sejak awal kamu bilang kamu pengen punya rumah tangga yang betul – betul terasa seperti rumah tangga. Tapi Thalia… please, kamu sadar gak sih? Orang nya bukan aku! Aku bukan orang yang tepat buat jadi partner bahagia kamu. Kamu tau sendiri kan kalau aku punya pacar? Aku punya Areta, aku sayang sama Areta, sayang banget malah. Please, kamu jangan ngehancurin diri kamu buat ini Areta… jangan berharap lebih sama aku… aku gak bisa ngasih kamu apa yang kamu mau” Jelas Arta yang sukses membuatku cukup tertegun sekaligus merasa sakit hati.
“Mau tau kenapa aku kayak gini? Aku suka sama kamu dari awal kita ketemu. Aku sengaja nanyain kamu buat batalin pernikahan kita, tapi kamu nolak dengan alasan mama kamu. Gitu aja aku udah seneng ta. Aku pikir kita bakalan punya rumah tangga yang baik – baik aja, yang beda dari orang lain. Aku mau kita sama – sama , kita punya anak, kita bahagia bareng. Aku mau itu semua dari kamu. Aku udah sayang sama kamu, udah cinta sama kamu! Kamu aja yang belum buka hati sama aku! Seandainya ta… seandainya kamu mau ngelepasin Areta buat aku, mungkin semua nya bakalan jauh lebih baik. Aku istri kamu, aku orang yang bakal halal kamu sentuh! Bukan Areta. Kamu mau gak mau harus belajar sayang sama aku, belajar cinta sama aku, sama seperti aku juga cinta dan sayang sama kamu” Ucap ku yang sukses membuat Arta tertegun.
Iya, jujur saja. Aku memang sudah tertarik dengan laki – laki yang menyandang status sebagai suamiku ini, sejak awal kami bertemu. Sejak awal aku melihatnya, menatap manik mata tajam nya, aku sudah jatuh cinta. Maka dari itu saat orang tua ku meminta agar aku bersedia di nikahkan dengan Arta aku dengan senang hati menerima nya. Ku pikir semuanya bakalan berjalan lancar. Aku cantik, aku pintar. Pikirku saat itu Arta tidak akan menolak ku. Tapi di luar ekspektasi, bahwa ia sangat teramat mencintai pacarnya, Arete. Sudah berbagai hal aku lakukan untuk menarik perhatian Arta, namun ia masih saja terus kembali kepada Areta. Padahal secara fisik, aku jauh lebih cantik di banding Areta.
“Kamu suka sama aku? Kalau begitu. Silahkan kubur perasaan kamu dalam – dalam. Aku gak mau kalau kamu jatuh lebih dalam lagi, dan sakit lebih dalam lagi. Aku kasih tau dari sekarang, aku Cuma jatuh cinta sama Areta. Dan kamu bukan Areta” Ucap Arta yang langsung pergi meninggalkanku sendirian, aku bahkan masih berdiri di tempat yang sama, saat ia melewati ku dengan penampilan yang sudah rapih.
Betul kata orang, one sided love memang sungguh sangat menyakitkan. Aku masih berdiri di tempat yang sama , memandang punggung suami ku yang perlahan menghilang di telan pintu. Rasanya sakit, namun aku sadar, bahwa ini adalah awal dari permulaan, mungkin belum sekarang , mungkin nanti ia akan sadar bahwa aku sungguh sangat mencintainya.
Aku menghapus air mata di pipi ku, kemudian mandi lalu bergegas untuk mempersiapkan bekal makan siang untuk Arta. Aku tahu bahwa nantinya aku akan menerima penolakan dari Arta, tapi siapa peduli, cinta memang harus disertai dengan perjuangan. Nanti siang makanannya tidak akan ku antarkan langsung, aku tidak ingin menerima penolakan lagi secara langsung dari Arta. Aku akan mengirimnya melalui ojek online, siapa peduli jika Arta mau memakannya atau tidak, yang jelas, aku ingin membuatkannya makan siang setiap hari.
Ada banyak hal yang aku pikirkan saat ini, seperti misalnya aku ingin resign dari kantorku, aku ingin fokus jadi ibu rumah tangga, ya walaupun sudah pasti bahwa Arta akan menolak dan tentu saja tidak peduli dengan hal itu. tapi aku yakin bahwa suatu saat nanti Arka akan luluh kepadaku, dan kami akan hidup selayaknya suami istri yang normal, suami istri yang berbahagia dengan rumah tangga kami.
AUTHOR POV
Arta melangkahkan kaki nya menuju ruangannya, namun sebelum itu ia membelokan badannya terlebih dahulu menuju ruangan Areta. Disana terlihat kekasihnya sedang berbincang dengan dua orang karyawati. Arta tidak ingin mengganggu Areta padahal ia ingin mengajak Areta untuk sarapan pagi, rasanya cukup seru melihat Areta di pagi tadi, rasanya ia sudah terlalu lama meninggalkan kekasihnya itu sendirian.
Setelah pekerjaannya selesai dan memasuki waktu makan siang, Arta langsung buru – buru menuju ruangan Areta, berharap gadis itu telah menyelesaikan pekerjaannya. Di jalan tiba – tiba seseorang memanggil namanya.
“Mas Arta” Panggil seorang office boy dengan sebuah totebag di tangannya
“Kenapa mang?” Tanya Arta
“Ini ada titipas buat mas Arta, katanya ini dari istrinya mas Arta” Jawab office boy tersebut, mau tidak mau Arta menerima nya , membuka sekilas isi dari kotak bekal tersebut kemudian memanggil kembali office boy yang tadi.
“Ambil aja mang” Ucap Arta sembari memberikan office boy tersebut kotak bekal yang di kirimkan oleh Thalia
“Loh kenapa mas Arta?” Tanya Office boy tersebut. Arta mengangkat kedua bahu nya acuh.
“Gapapa mang, saya bisa beli lagi kok” Jawab Arta, setelah itu ia kembali berjalan menuju ruangan Areta. Namun ada yang mengejutkannya ketika ia sampai di sana, dari luar terlihat Bayu, mantan kekasih Areta berada di sana dengan berbagai macam makanan yang ia bawa. Jujur saja, Arta merasa cemburu dengan kehadiran Bayu. Ia tidak suka jika Bayu terlalu dekat dengan Areta. Ia tahu bahwa itu salah dan itu semua egois, tapi Arta bisa apa, perasaannya tidak bisa bohong.
“Ekhhmmm, sayang makan yuk” Ucap Arta sembari membuka pintu ruangan kekasihnya itu. Areta menyambutnya dengan senyum manis
“Makan disini aja yuk, kebetulan Bayu bawain aku makanan banyak nih” Jawab Areta, Bayu hanya tersenyum menanggapi Areta. Kemudian Arta menatap Bayu dengan tatapan tidak suka.
“Makan di kafetaria aja, aku kangen makan makanan disana, yuk” tanpa menunggu persetujuan dari Areta, Arta langsung menarik tangan kekasihnya itu , meninggalkan Bayu yang masih mematung sendirian di ruangan Areta.
*****
“Kamu kenapa narik – narik akusih ta? Gak enak tau sama Bayu” Ucap Areta saat mereka berdua telah duduk bersama di Kafetaria, Mood Arta yang sejak pagi sudah tidak bagus, kini semakin bertambah tidak bagus ketika mengetahui Bayu sekarang, secara terang – terangan mendekati kekasih nya itu.
“Aku gak suka kalau kamu dekat – dekat sama Bayu ta, I don’t like sharing. You are mine, aku gak suka Bayu deket – deket sama kamu” Jawab Arta sembari menatap tajam mata Areta.
“Lagian deket – deket apa sih? Dia baru balik dari bandung terus ngasih aku oleh – oleh, apa yang salah dari itu?” Tanya Areta
“Ya aku gak suka aja, dia mantan kamu. Aku gak suka itu”