Rasanya memang aneh, pacaran dengan orang yang udah beristri. Tapi semua nya jadi aneh kalau kita ngerebut suami orang, tapi kan aku enggak. Nyatanya Thalia yang ngerebut Arta dari aku. Kalau ditanya soal masih nyimpen harapan sama Arta apa udah enggak, jawabannya, Masih. Siapasih yang bisa ngelupain pacar delapan tahunnya secepat itu? aku yakin , semua orang bakalan lama banget move on nya. Pacaran delapan tahun tanpa saling sentuh aja aku udah yakin move on nya bakal lama, apalagi aku sama Arta. Yang udah delapan tahun pacaran dan lima tahun hidup seperti sepasang suami istri. Bisa kalian tebak kan, gimana rasanya?
Keesokan hari nya setelah Thalia nelfon aku semalam nanyain Arta gak suka rempah apa, Arta gak keliatan di kantor. Aku nanya ke bagian kepegawaian katanya Arta minta cuti sehari, gak tau alasannya apa, dia juga belum ngabarin aku seharian ini. Rasanya sedikit aneh, cemas, sekaligus kangen. Biasanya kalau pagi – pagi gini. Arta bakalan mejeng di ruangan aku sambil ngopi pagi karena di Apartement kami berdua belum sempet ngopi, entah karena aku yang kelamaan nyatok,atau Arta yang kelamaan bangun. Kalau di ingat – ingat waktu itu kami berdua sering banget berantem, tapi sekarang malah jadi hal yang paling aku kangenin dari Arta.
“Kenapa ta?” Tanya bayu, saat aku lagi asik ngelamun sambil nungguin kopi ku selesai di bikinin sama mas – mas kafetaria nya. By the way Bayu ini mantan ku pas masih SMA. Pacar pertama sekaligus orang yang dulu berhasil aku bikin galau seminggu penuh gara – gara aku putusin. Kami masuk di kantor ini di tahun yang sama , tapi Bayu lebih dulu beberapa bulan.
“Gapapa, ngapain di sini?” Tanya ku, saat melihat bayu datang dengan berlembar – lembar berkas di tangannya
“Mau ngopi, mau ngapain lagi pagi – pagi ke kafetaria kalau bukan sarapan” Jawab Bayu. Dia emang ngeselin banget orang nya, kadang juga kalau bercanda jadi Jayus banget. Bayu ini tipe laki – laki yang goodlooking tapi sampai sekarang aku belum tau , pacar nya yang asli yang mana, soalnya, selama ini tiap minggu, aku sering banget liat dia jalan sama cewe yang beda – beda tiap minggu nya.
“ooh”
“Kangen Arta ya? Udah kali ta, suami orang itu” Sambung Bayu lagi, aku hanya mendengus kesal. Rasanya cukup menyebalkan jika mengingat bahwa Arta adalah suami orang. Selama ini, aku bahkan masih menganggap Arta sebagai pacarku , laki – laki yang setiap malam pasti akan tidur di bawah selimut yang sama denganku.
“Aku juga tau kalau Arta suami orang” Jawabku ketus, Bayu mengacak rambutku kemudian tertawa renyah
“Ikhlasin aja, Arta udah punya orang. Kamu cantik , masih banyak yang mau. Aku misalnya, HAHAHA” Aku menatap Bayu dengan tatapan kesal, rasanya cukup menyebalkan. Tapi selama ini, Bayu masih sering berusaha mendekatiku sih, berusaha mencuri perhatianku, atau paling tidak ia diam – diam memperhatikan ku. Sering terjadi ketika sedang ada rapat.
“Dah ah, kerja dulu, Have a nice day Bayu”
“You Too, Areta”
*****
Rasanya seharian ini waktu berjalan lambat banget, seharian ini aku udah gak tau, aku udah nge w******p Arta berapa kali, satupun enggak dia balas, aku jadi makin khawatir. Menjelang maghrib di perjalanan pulang. Pas banget waktu aku lagi kejebak macet tiba – tiba HP ku bunyi, aku langsung nge cek, siapa yang nge chat. Ternyata ARTA! Dia ngabarin kalau seharian ini istri nya lagi riweuh banget, mereka bahkan berantem hebat di hari ketiga pernikahan mereka. Aneh banget.
Areta
Jadi sekarang gimana?
Arta
Aku udah di jalan , mau ke apartement, kita ketemu ya. Kangen bangettt
Setelah membaca pesan terakir yang di kirimkan Arta, aku jadi gak sabar buat balik ke Apart, rasanya udah kangen banget padahal baru sehari gak ketemu. Sesampainya di Apartement, pas udah buka pintu aku langsung menghambur kedalam pelukan Arta, aku peluk dia kenceng banget sampai dia bilang gak bisa napas. Ahh kangen.
“Ihh kangen bangettt, seharian ini ilang iih” Ucapku sambil terus meluk Arta, dia Cuma ketawa doang, sambil balas peluk aku tentunya.
“Sorryy sayangg, janji deh besok gak kabur – kaburan lagi.” Jawab Arta, aku tersenyum menatap manik mata tajam nya.
“Rasanya gak pernah senyaman ini sama orang lain, Cuma kamu doang ta, Cuma kamu doang” ucap Arta sambil menenggelamkan kepala nya di leherku.
“Ta” Panggilku
Arta mendongkak menatapku dengan tatapan sayu
“Enam bulan doang kan?” Tanyaku
Arta mengangguk mantap
“Iya sayang, aku janji , aku janji kalau semua ini bakalan Cuma enam bulan doang” Jawab Arta yang seketika sukses membuat hatiku merasa lebih tenang.
Malam itu kami habiskan dengan sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang dahulu akan menjadi ritual malam kami sebelum tidur, walaupun keesokan hari nya kami akan bangun terlambat dengan keadaan yang begitu acak – acakan. Entah sudah berapa kali ponsel Arta berdering, mengganggu kami, namun tidak di pedulikan oleh Arta, bahkan Arta pun dengan sengaja mematikan ponsel nya itu kemudian membuangnya ke sembarang arah hingga kami berdua selesai menuntaskan rasa rindu kami berdua.
Keesokan hari nya, seperti yang aku katakan, bahwa kami berdua bangun terlambat dengan keadaan yang acak – acakan. Kami berdua terbangun dengan keadaaan saling memeluk satu sama lain, rasanya aku begitu rindu dengan keadaan seperti ini sehingga akupun merasa tidak rela jika waktu berlalu begitu cepat. Aku ingin melepaskan diri dari pelukan Arta, menyadari hal itu, bukannya melepaskanku, namun Arta semakin mengeratkan pelukannya, menenggelamkanku kedalam d**a bidang nya.
“Hari ini cuti aja yaa” Ucap Arta dengan suara yang serak, suara nya selalu saja terdengar sexy di kondisi seperti ini.
“Gak bisa taa, hari ini ada meeting penting” Jawab ku sembari mengelus d**a bidang nya
“Hmmm, next time ya? Janji?”
“Janji boss”
Kami berdua bangun, kemudian bersiap menuju kantor. Aku memutuskan untuk berangkat sendiri, sebab Arta harus pulang ke rumah nya untuk mengganti baju.
AUTHOR POV
Arta pulang ke rumah dengan kondisi yang segar bugar, sudah lama ia tak pernah merasakan tidur yang berkualitas seperti semalam. Ia semakin yakin bahwa memang Areta lah yang sangat cocok dengannya, terbukti dari berbagai macam hal yang ia lakukan dengan kekasihnya itu, semuanya membuat Arta menjadi lebih senang di bandingkan ia melakukan semua itu dengan orang lain.
Sesampainya di rumah , Arta langsung melihat Thalia berdiri di depan pintu dengan tangan yang terlipat di depan d**a. Ia menatap Arta dengan tatapan yang sulit di artikan, Arta yakin bahwa Thalia akan marah. Tapi tentu saja Arta tidak peduli, Thalia marah pun, tidak ada rugi nya bagi Arta.
“Dari mana aja kamu, semalaman gak pulang? Aku telfon pun kamu gak angkat, kamu malah matiin telfonnya?!” Ucap Thalia dengan nada bicara yang sudah sedikit membentak Arta
THALIA POV
“Dari mana aja kamu, semalaman gak pulang? Aku telfon pun kamu gak angkat, kamu malah matiin telfonnya?!” Ucap ku dengan nada bicara yang sudah sedikit membentak Arta. Rasanya terlalu emosi melihat suami ku pulang pagi dengan keadaan yang acak – acakan bau parfume wanita yang aku kenali sunggih semakin membuat hati ku terasa sakit.
Arta tidak menjawab, ia melewati ku dengan acuh. Aku? Aku tentu saja mengejar nya. Istri mana yang tidak marah ketika melihat suami nya pulang pagi dengan kondisi seperti itu.
“ARTA!” Panggil ku dengan sedikit berteriak. Hal itu sukses menghentikan langkah nya. Ia membalikan badannya, sehingga ia dapat menatapku lurus.
“APA?” Balas nya dengan nada bicara yang tak kalah tinggi juga, aku tersentak kaget mendengar Arta berbicara seperti itu.
“Aku nanya, kamu dari mana aja, kenapa semalam gak pulang? Aku nungguin kamu padahal, aku pengen makan malam sama kamu, aku nunggu kamu sampai pagi” Jelasku sembari menatap mata nya dalam – dalam . tidak ada cinta yang terlihat di kedua bola mata nya. Yang terlihat hanyalah siluet tatapan tajam yang menandakan bahwa ia tidak suka sama sekali denganku.
“Harus banget ya thal aku jawab?” Tanya nya dengan nada yang begitu malas. Aku membalasnya dengan sebuah anggukan tipis.
“Gak, aku gak mau jawab pertanyaan kamu. Sekarang gini? Kenapa kamu malah bertingkah seperti ini sih? Ya aku tau… aku tau karena sejak awal kamu bilang kamu pengen punya rumah tangga yang betul – betul terasa seperti rumah tangga. Tapi Thalia… please, kamu sadar gak sih? Orang nya bukan aku! Aku bukan orang yang tepat buat jadi partner bahagia kamu. Kamu tau sendiri kan kalau aku punya pacar? Aku punya Areta, aku sayang sama Areta, sayang banget malah. Please, kamu jangan ngehancurin diri kamu buat ini Areta… jangan berharap lebih sama aku… aku gak bisa ngasih kamu apa yang kamu mau” Jelas Arta yang sukses membuatku cukup tertegun sekaligus merasa sakit hati.
“Mau tau kenapa aku kayak gini? Aku suka sama kamu dari awal kita ketemu. Aku sengaja nanyain kamu buat batalin pernikahan kita, tapi kamu nolak dengan alasan mama kamu. Gitu aja aku udah seneng ta. Aku pikir kita bakalan punya rumah tangga yang baik – baik aja, yang beda dari orang lain. Aku mau kita sama – sama , kita punya anak, kita bahagia bareng. Aku mau itu semua dari kamu. Aku udah sayang sama kamu, udah cinta sama kamu! Kamu aja yang belum buka hati sama aku! Seandainya ta… seandainya kamu mau ngelepasin Areta buat aku, mungkin semua nya bakalan jauh lebih baik. Aku istri kamu, aku orang yang bakal halal kamu sentuh! Bukan Areta. Kamu mau gak mau harus belajar sayang sama aku, belajar cinta sama aku, sama seperti aku juga cinta dan sayang sama kamu” Ucap ku yang sukses membuat Arta tertegun.
Iya, jujur saja. Aku memang sudah tertarik dengan laki – laki yang menyandang status sebagai suamiku ini, sejak awal kami bertemu. Sejak awal aku melihatnya, menatap manik mata tajam nya, aku sudah jatuh cinta. Maka dari itu saat orang tua ku meminta agar aku bersedia di nikahkan dengan Arta aku dengan senang hati menerima nya. Ku pikir semuanya bakalan berjalan lancar. Aku cantik, aku pintar. Pikirku saat itu Arta tidak akan menolak ku. Tapi di luar ekspektasi, bahwa ia sangat teramat mencintai pacarnya, Arete. Sudah berbagai hal aku lakukan untuk menarik perhatian Arta, namun ia masih saja terus kembali kepada Areta. Padahal secara fisik, aku jauh lebih cantik di banding Areta.
“Kamu suka sama aku? Kalau begitu. Silahkan kubur perasaan kamu dalam – dalam. Aku gak mau kalau kamu jatuh lebih dalam lagi, dan sakit lebih dalam lagi. Aku kasih tau dari sekarang, aku Cuma jatuh cinta sama Areta. Dan kamu bukan Areta” Ucap Arta yang langsung pergi meninggalkanku sendirian, aku bahkan masih berdiri di tempat yang sama, saat ia melewati ku dengan penampilan yang sudah rapih.
Betul kata orang, one sided love memang sungguh sangat menyakitkan.