Eps. 2 Sebuah Nama

1108 Kata
Berlian mengamati sosok pria berseragam polisi yang berdiri di pinggir kerumunan, wajahnya yang serius dan mata yang tajam membuat Berlian merasa penasaran. Dia tidak mengenal pria itu, dan ayahnya juga tidak pernah menyebutkan tentang hubungan dengan polisi. “Siapa orang itu?” gumamnya lirih sambil terus mengamati pria berseragam polisi tersebut. Pria itu tampaknya tidak seperti polisi biasa, ada sesuatu yang berbeda darinya. Berlian merasa ada sesuatu yang tidak beres, dan dia tidak bisa menghilangkan rasa curiga yang ada di dalam hatinya. “Apa yang dia lakukan di sini?” Berlian bertanya-tanya, sambil terus memandang pria berseragam polisi yang tampaknya sedang mengawasi prosesi pemakaman dengan sangat serius. Berlian merasa ada sesuatu yang tidak biasa tentang kehadiran pria itu, dan dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Berlian mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang pria berseragam polisi itu. Dia berjalan mendekati pria itu dengan hati-hati, sambil mencoba untuk tidak menarik perhatian. Ketika dia cukup dekat, Berlian melihat label nama yang tertera di seragam pria itu. "Mahesa Sakti Yoda," Berlian membaca nama itu dengan hati yang berdebar. Dia tidak mengenal nama itu, dan tidak tahu apa hubungannya dengan ayahnya. Berlian terus mengamati Mahesa, mencoba untuk memahami apa yang membuatnya penasaran. Mahesa tampaknya sedang mengawasi prosesi pemakaman dengan sangat serius, dan Berlian tidak bisa menghilangkan rasa curiga yang ada di dalam hatinya. "Apa yang dia cari di sini?" Berlian bertanya-tanya, sambil terus memandang Mahesa dengan penuh perhatian. Berlian menghampiri Mahesa dengan langkah yang hati-hati, sambil mencoba untuk tidak menarik perhatian orang lain. “Pak, maaf mengganggu.” Berlian memulai percakapan dengan suara yang sopan. Mahesa menoleh ke arah Berlian, matanya yang tajam menatapnya dengan serius. “Ya, ada apa?” Mahesa menjawab dengan nada netral. “Apa hubungan Anda dengan ayah saya?” Berlian langsung menanyakan apa yang ingin dia ketahui. Mahesa tidak menunjukkan reaksi yang jelas, tapi Berlian bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. “Saya hanya ingin menyampaikan belasungkawa.” Mahesa menjawab dengan singkat, tidak menjelaskan apa-apa tentang hubungannya dengan Hadyan. Berlian tidak percaya dengan jawaban Mahesa, dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan. “Saya tidak percaya,”ucap Berlian tegas. “Ada apa dengan ayahku?” Mahesa tidak menjawab, malah dia memandang Berlian dengan mata yang tajam, membuat Berlian merasa tidak nyaman. Berlian terus menatap Mahesa dengan penuh selidik, mencoba untuk memahami apa yang ada di balik mata yang tajam itu. Mahesa tidak menunjukkan reaksi apa-apa, dia hanya terus menatap Berlian dengan serius. Tiba-tiba, seorang anggota polisi lain datang menghampiri Mahesa dan memanggilnya. “IPTU Mahesa, ada panggilan dari kantor. Ada kasus baru yang memerlukan perhatian Anda,” terang anggota polisi itu dengan nada sopan. Mahesa mengangguk dan berpaling ke Berlian. “Saya harus pergi," katanya singkat, tanpa menjelaskan apa-apa tentang kasus yang dimaksud. Berlian hanya bisa menatap Mahesa dengan rasa penasaran yang semakin besar. Mahesa kemudian pergi bersama anggota polisi itu, meninggalkan Berlian yang masih penasaran tentang hubungan Mahesa dengan ayahnya. Berlian menatap Mahesa yang pergi dengan rasa frustrasi. “Apa yang sebenarnya terjadi?” Berlian terus memandang Mahesa yang semakin jauh. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, dan dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. ** Berlian duduk di depan laptopnya, mencoba mencari tahu tentang aplikasi WPhone yang diduga digunakan oleh penipu yang telah melahap uang Hadyan. Dia memasukkan kata kunci dan mencari informasi tentang tersangka penipuan. Setelah beberapa saat, laptopnya menampilkan hasil pencarian. Berlian terkejut ketika melihat nama Mahesa muncul di layar laptopnya. “Mahesa Sakti Yoda?” Berlian membaca nama itu dengan suara tidak percaya. Dia tidak bisa memahami bagaimana mungkin Mahesa, seorang polisi yang hadir di pemakaman Hadyan, terkait dengan penipuan yang menimpa ayahnya. Berlian merasa seperti tersengat listrik, rasa penasaran dan kecurigaan yang ada semakin besar. “Apa hubungan pria itu dengan ayah?” Berlian bertanya-tanya dalam hati, sambil terus menatap layar laptopnya dengan mata lebar. Dia tidak bisa menghilangkan rasa curiga yang ada di dalam hatinya. Berlian merasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut tentang Mahesa dan hubungannya dengan penipuan yang menimpa ayahnya. Berlian menggunakan kemampuan meretasnya untuk mencari informasi lebih lanjut tentang IPTU Mahesa Sakti Yoda. Setelah beberapa saat, dia berhasil menemukan informasi yang cukup mengejutkan. “IPTU Mahesa Sakti Yoda, pernah tersangkut kasus penyalahgunaan wewenang dan korupsi.” Berlian membaca informasi itu dengan mata melebar. Berlian terkejut mengetahui bahwa Mahesa, seorang polisi yang seharusnya menegakkan hukum, ternyata pernah terlibat dalam kasus yang serius. “Bagaimana mungkin seorang polisi yang pernah tersangkut kasus seperti itu bisa menjadi bagian dari penipuan yang menimpa ayahku?” Berlian mencoba memahami sambil terus menatap layar laptopnya dengan rasa penasaran yang semakin besar. Informasi lain yang ditemukan Berlian adalah bahwa Mahesa telah dipindahkan ke bagian lain setelah kasus tersebut,di bagian cyber crime. Namun tidak ada informasi tentang apakah dia telah dibebaskan dari segala tuduhan. Berlian merasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut tentang Mahesa dan apa yang sebenarnya terjadi. Dia tidak bisa menghilangkan rasa curiga yang ada di dalam hatinya tentang keterlibatan Mahesa dalam penipuan yang menimpa ayahnya. Dia seperti menemukan benang merah di sini. Dan dia berniat untuk mengungkapnya sampai ke akar. Tiba-tiba, ada suara yang mengetuk pintu dari luar. Berlian merasa penasaran dan memutuskan untuk memeriksa siapa yang datang. Ketika dia membuka pintu, dia terkejut melihat dua orang pria bertampang sangar berdiri di depannya. “Siapa kalian dan apa yang kalian inginkan?” tanya Berlian dengan nada tegas. “Kami mencari Berlian, anak Hadyan.” salah satu dari mereka menjawab dengan nada yang kasar. “Kami tahu Hadyan memiliki hutang yang belum dibayar. Sekarang, kamu harus membayarnya.” Berlian merasa terkejut dan takut. “Hutang apa yang kalian bicarakan?” tanyanya dengan nada serak. “Hutang yang Hadyan pinjam dari kami.” Pria lain menjawab dengan nada yang tidak sabar. “Kamu harus membayarnya sekarang juga, atau kami akan mengambil tindakan.” Berlian merasa terancam dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hayu datang ke ruang tamu setelah mendengar keributan. Ketika dia melihat situasi yang terjadi, dia langsung merasa takut. “Apa yang kalian inginkan?” tanya Hayu dalam nada yang rendah berselimut ketakutan. Pria bertampang sangar itu malah tersenyum sinis. “Kamu tidak perlu tahu apa yang kami inginkan,” jawabnya dengan nada kasar. “Tapi kamu akan menjadi jaminan agar Berlian segera membayar hutang Hadyan.” Dengan gerakan yang cepat, pria itu menangkap Hayu dan menahannya. “Jika kamu tidak membayar hutang itu dalam waktu dekat, kami tidak akan segan-segan menyakiti ibumu ini.”Pria itu mengancam Berlian dengan nada tinggi. Berlian merasa panik dan takut melihat Hayu dijadikan sandera. “Jangan sakiti dia, aku akan membayar hutang itu.” Berlian bicara dengan tenang, meski sebenarnya ada rasa takut yang menyelip di hatinya. Pria itu tersenyum puas, sementara Hayu terlihat ketakutan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN