Eps. 4 Petunjuk Hilang

1072 Kata
Mahesa berlari dengan cepat menuju ke mobilnya yang terparkir satu blok jauhnya dari kafe. Dia terus memandang ke belakang, memastikan tidak ada polisi yang mengejarnya. Setelah sampai di mobil, Mahesa langsung membuka pintu dan duduk dengan cepat. Dengan tangan yang gemetar, Mahesa memasukkan kunci dan menyalakan mesin. Dia langsung menginjak gas dan mobil melaju dengan cepat. Mahesa terus mengemudi dengan cepat, berusaha untuk menjauhkan diri dari tempat kejadian. Polisi yang mengejar Mahesa perlu waktu untuk mengejar dengan mobil, sehingga Mahesa berhasil melarikan diri. Mahesa terus mengemudi dengan kecepatan tinggi, berusaha untuk mencapai tempat yang aman. Setelah beberapa menit mengemudi, Mahesa merasa sedikit lebih aman dan mulai mengurangi kecepatan. Dia tidak melihat mobil mencurigakan mengejar di belakangnya. “Aku aman sekarang. Sial sekali aku terpojok seperti ini.” Pria berambut ikal yang di sisir rapi ke belakang ini memukul setir dengan keras untuk meluapkan emosi. Dia tidak tahu kenapa dirinya menjadi target operasi rekannya sendiri. Pasti ada sesuatu. Mungkin seseorang telah memanipulasi semuanya. “Aku yakin ada seseorang yang membuatku terlihat seperti ini. Tapi siapa dia? Aku perlu mencarinya. Bila sampai ketemu maka dia akan mendapat pelajaran yang cukup,” desis Mahesa masih dalam kemarahan yang belum sepenuhnya redam. Sementara itu di lain tempat. Berlian membuka flash disk yang berisi data hasil peretasan laptop Mahesa. Dia berharap bisa menemukan informasi yang jelas tentang penipuan WPhone, tapi yang dia temukan justru membuat dia semakin bingung. Data yang diperolehnya dari laptop Mahesa berbeda sekali dengan data yang sebelumnya didapatkan dari ponsel Hadyan. Berlian menemukan bahwa ada beberapa transaksi yang tidak tercatat di ponsel Hadyan, dan beberapa nama yang tidak dikenal muncul di data laptop Mahesa. Berlian juga menemukan bahwa ada beberapa dokumen yang terkait dengan perusahaan lain, bukan hanya WPhone. Dia mulai curiga bahwa penipuan ini lebih besar dari yang dia duga, dan mungkin ada beberapa pihak yang terlibat. “Kenapa jadi seperti ini? Aku pikir Mahesa tersangka dari penipuan ini. Tapi, sepertinya bukan hanya dia saja,” desah Berlian merasa perlu melakukan penyelidikan lebih mendalam. Masalah penipuan ini semakin penuh misteri, dan Berlian tidak tahu siapa yang bisa dipercaya. Dia merasa bahwa dia harus terus menggali informasi untuk mengetahui kebenaran di balik penipuan ini. Setiap hari, Berlian mencari informasi mengenai Mahesa. Dia mengikuti pria itu ke berbagai tempat, dari kafe hingga restoran. Berlian berusaha untuk tidak terlihat, sambil mengamati setiap gerakan Mahesa. Suatu hari, Berlian mengikuti Mahesa ke sebuah restoran di pusat kota. Dia duduk di meja yang cukup jauh dari Mahesa, sambil memesan secangkir kopi. Berlian mengamati Mahesa yang sedang makan siang dengan santai. Tiba-tiba, beberapa polisi datang ke restoran dan langsung menuju ke meja Mahesa. Mereka menunjukkan surat perintah penangkapan dan meminta Mahesa untuk mengikuti mereka. Berlian terkejut dan berusaha untuk tidak menarik perhatian. “Sekarang, kamu tidak bisa kabur lagi. Ikuti prosedurnya agar hukumannya tidak memberatkan,” seru seorang polisi. Mahesa terlihat panik dan berusaha untuk kabur, tapi polisi berhasil menangkapnya. Berlian mengamati dengan seksama, sambil berpikir tentang apa yang sebenarnya terjadi. “Apakah Mahesa benar-benar terlibat dalam penipuan WPhone?” Berlian semakin penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang kasus ini. Mahesa mencoba untuk kabur lagi, berlari dengan susah payah keluar dari restoran. Polisi langsung mengejarnya, berteriak, “Tangkap dia!” Mahesa tudak berhenti berlari. “Berhenti!” Mahesa tetap berlari dengan cepat, melewati kerumunan orang di jalan. Dia berbelok ke gang sempit di antara dua bangunan, tapi polisi tetap mengejarnya. Mahesa terus berlari, tapi kakinya mulai lelah. Polisi semakin dekat, dan Mahesa tahu dia tidak bisa kabur lagi. “Tidak! Kenapa mereka masih mengejarku?” pekik Mahesa menoleh ke belakang beberapa kali. Akhirnya, Mahesa tertangkap oleh polisi di ujung gang. Mereka memborgolnya dan bicara beberapa saat. "Jalani persidanganmu dan jalani hukumanmu dengan baik,” ujar polisi dengan nada tegas penuh ancaman. “Lepaskan aku. Kalian tidak punya bukti kuat untuk menyeretku ke sana. Bukan aku, untuk membawakan bukti dan pelaku itu pada kalian,” protes Mahesa. Namun polisi menangkap Mahesa tidak mendengarkan itu dan tetap membawa Mahesa pergi. Berlian hanya bisa menyaksikan itu dari kejauhan, merasa sedih karena target hilang dari cengkeramannya. Dia ingin secara personal bicara dengan Mahesa untuk kejelasan masalah penipuan ini. Tapi bila sudah dibawa oleh polisi bagaimana bisa dia mengusutnya? Berlian tidak bisa melakukan apa-apa selain mengamati Mahesa yang dibawa pergi oleh polisi. Dia berharap masih ada kesempatan untuk bertemu dan menanyai pria itu sebelum masuk ke jeruji sel. “Sebaiknya aku pikirkan cara lain,” gumamnya dengan hati yang berat memutuskan untuk pergi dari tempat ini dan mencari cara lain. ** Dua minggu berlalu, dan Berlian terus mengikuti informasi tentang Mahesa. Dia sangat penasaran tentang kasus penipuan WPhone dan peran Mahesa di dalamnya. Informasi terakhir menyebutkan bahwa Mahesa berhasil kabur dari tahanan, dan Berlian merasa bahwa ini merupakan kesempatan bagi dia untuk mengungkap semua dan meminta pertanggungjawaban darinya. Berlian mencari Mahesa di berbagai tempat, dan akhirnya dia menemukan pria itu di sebuah desa kecil di pinggiran kota. Desa itu sangat tenang dan damai, jauh dari hiruk pikuk kota. Berlian tidak menyangka bahwa Mahesa akan berada di tempat seperti ini. “Pria itu mirip sekali dengan Mahesa,” pekiknya melihat sosok Mahesa duduk di tepi jalan areal persawahan dengan tatapan kosong. Ketika Berlian menghampir Mahesa, dia terkejut karena penampilan pria itu berbeda sekali dari kondisi terakhir yang dia lihat. Mahesa terlihat lebih santai dan tidak ada tanda-tanda kecemasan seperti sebelumnya. Berlian mendekati Mahesa dan memanggil namanya,“Mahesa, akhirnya aku menemukan kamu,” ucapnya dengan sorot mata tak terbaca. tapi pria itu tidak langsung bereaksi dan mengamati Berlian. “Siapa kamu?” tanya Mahesa dengan wajah bingung. “Apa yang kamu inginkan?” Berlian terkejut karena Mahesa tidak tahu siapa dirinya. “Kamu Mahesa, kan?” ulang Berlian bertanya lagi. Mahesa menggelengkan kepala. “Aku nggak tahu siapa aku. Aku nggak ingat apa-apa.” Berlian merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Dia meminta Mahesa untuk menceritakan tentang dirinya, tapi pria itu tidak bisa mengingat apa-apa. Berlian menyadari bahwa Mahesa mungkin mengalami amnesia. “Kamu nggak ingat apa-apa?” tanya Berlian dengan heran, kenapa keadaannya berubah seperti ini? Apa yang terjadi sebenarnya? Mahesa menggelengkan kepala lagi. “Nggak, aku nggak ingat apa-apa. Aku hanya tahu bahwa aku tinggal di sini dan bekerja sebagai petani.” Berlian merasa bahwa ini adalah kesempatan bagi dia untuk mengetahui lebih banyak tentang Mahesa dan kasus penipuan WPhone. 'Apa aku perlu tinggal di desa ini untuk sementara waktu, mencoba untuk membantu Mahesa mengingat kembali ingatannya dan mencari bukti semua tindakannya?'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN