Raila keluar dari ruangan yang menyimpan banyak kenangan itu. Melangkah gontai tanpa melihat kembali ke belakang. Rasanya seperti mimpi. Kemarin ia tertawa dengan Dani. Dan sekarang ia pergi meninggalkan pria itu. Ya, ya, ini mungkin jalan terbaik. Langkahnya terhenti saat sudah berada di seberang jalan. Raila mengusap kasar air mata yang jatuh di pipinya. Hei! Harusnya ia tak boleh menangis! Bukankah ini yang ia inginkan? Berhenti membohongi keluarga Dani dengan status palsunya selama ini. Ah, sial! Kenapa rasanya sedikit menyakitkan? Ah tidak, tapi ini sangat menyakitkan! Raila berjongkok di pinggir jalan. Ia menunduk, bahunya terguncang. Kemana ia harus pergi? Ia pengangguran lagi sekarang. Bagaimana ia akan memberikan uang pada ibunya? Bagaimana jika para rentenir itu kembali menyi