Keesokan harinya, Wira bangun super pagi. Ia baru saja menelepon Tristan untuk bertanya di mana kunci motornya agar ia bisa memakai motor itu untuk dipakai berdua dengan Mia. Ia merasa bersalah karena semalam ia membuat Mia kesal, jadi pagi ini ia ingin menebusnya. Lagipula, ini hari terakhir sebelum ia pergi ke Subang dan harus berpisah dengan Mia. "Mi, Mia! Bangun dong," kata Wira seraya mengguncang pinggang Mia. "Kamu mau tidur terus?" Mia mengangguk malas. "Aku ngantuk, Om." "Ini udah jam lima. Kamu harus bangun, Sayang. Mandi, sholat. Buruan," kata Wira mengingatkan. Ia menciumi pipi Mia agar istrinya itu lekas bangun. Ia yakin Mia masih sangat mengantuk usai aksi panas mereka semalam yang cukup menyita waktu. "Udah jam lima?" Mia bertanya dengan suara serak khas bangun tidur. "Y