33 – Perihal yang tak Sampai

1513 Kata

“Abang ... apa kabar?” Airlangga menutup mata, menikmati detak jantung yang menggema. Ah, sudah lama ia tidak mendengar suara ini. Sudah lama ia tidak mendengar namanya dipanggil oleh bibir manis perempuan ini. Andai Kamala di satu kota yang sama, Airlangga akan mendatanginya. Memeluk erat, bahkan menghujami wajahnya dengan banyak ciuman. “Abang ma-masih di sana?” Dia ... gugup. Kamala-nya terdengar gugup. Mungkin karena sudah lama tidak berkomunikasi, Kamala jadi canggung. Padahal selain perasaan Airlangga yang berubah, semuanya masih sama. Mereka dekat, bahkan lebih dekat lagi karena sudah mencicipi tubuh satu sama lain. Malam itu Airlangga memang mabuk, tapi ia ingat bagaimana rasa Kamala. Ia ingat dengan jelas, bagaimana ia mengerang di antara tubuh Kamala. Ya Tuhan, Airlangga suda

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN