Kamala memeluk Azri dengan air mata berurai. Di tengah malam yang harusnya terlelap, ia justri meratapi nasibnya dan nasib anaknya. Demi Tuhan, Kamala bahagia untuk Airlangga, tapi tidak bisa mengabaikan fakta kalau ia membutuhkan laki-laki itu untuk mereka. Egois memang. Kamala kira setelah berpacaran, peluang untuk bersama itu lebih besar. Nyatanya jauh lebih tidak bisa digapai. Anaknya butuh sosok ayah dan Airlangga belum bisa menempati posisi itu. Kalau Kamala hanya mementingkan perasaan pribadi, maka ia akan jadi orang yang paling jahat. Di sini mimpi Airlangga dipertaruhkan. Ia tidak mau jadi penghalang. Kamala tahu sendiri ia tidak akan mau menempatkan diri sebagai beban lagi. Dengan hubungan yang sekarang harusnya ia sudah cukup puas. Setidaknya mereka lebih dekat dari sekadar te