Kamala dan Azri menunggu di terminal kedatangan bandara. Mereka celingukan melihat setiap orang yang lewat, berharap salah satu dari mereka adalah Airlangga, tanpa berdiri terlalu lama. Bukan Kamala tidak betah, hanya saja Azri tidak bisa diam. Entah dia mau menerobos pembatas, bahkan ingin berlari mengejar sesuatu yang menarik di matanya.“Ty, Om Ail masih lamah?” tanyanya tidak sabar. Menatap Kamala dengan mata membulat tidak bersalah, juga kaki yang dientak-entak tidak bisa diam. “Akuh bosan. Onty nggak mauh lepas akuh.” “Iya, sebentar lagi ya, Nak. Kalau Azri capek, kita bisa duduk. Asal jangan lepas dari pegangan tangan Onty, biar nggak ilang. Lihat sendiri ‘kan bandaranya padat, siapa yang jamin Onty sama Azri nggak terpisah. Terus Azri saja bisa tersesat.” “Akuh bosan!” Kamala men